Skip to main content

Posts

Showing posts from 2012

Rumah

Ingin rasanya aku pulang. Dia pula telah lama memanggilku, menyuruhku pulang. Namun, kakiku tak kunjung melangkah. Entahlah.. Pulang, aku ingin rasanya pulang. Rumah itu, begitu syahdu.. Apa aku pulang sekarang? Aku rasa aku masih kurang. Masih banyak, banyak sekali yang harus ku cari disini. Bukan hanya untukku tapi untuknya. Aku khawatir pada rumah. Takut, takut ia ada yang menaksir. Keberadaannya yang strategis, banyak orang yang sudah lama melirik, aku tragis. Rumah.. Aku tak berdaya. Berdirilah disana, kokoh. Jangan hiraukan aku. Aku masih berusaha. Untuk kembali. Jika kau bosan, jika kau marah. Maaf aku tak pernah menggubris. Rumah, aku sungguh. Aku rindu kembali. Rumah, ini caraku. Jika kau tak suka, apa dayaku. Jika kau ingin pergi, aku mohon jangan. Tetaplah disana, menungguku...

Operasi Sapu Lidi

Salah satu contoh operasi hitung sapu lidi Sumber gambar :  dayufunmath.wordpress.com Usiaku saat itu masih enam tahun. Hari itu Kakekku resmi mendaftarkan aku sekolah. Ku lihat lagi selembar ijazah yang dikampit oleh Kakekku. Ku perhatikan baik-baik. Ada fotoku dua bulan lalu. Lucu. "Itu apa Kek?" aku menunjuknya. "Ini ijazah sekolah Neng yang dulu di Jakarta. Buat daftar sekolah disini" kemudian Kakekku menjelaskan. Tidak satu orangpun diantara barisan pendaftaran sekolah itu yang membawa lembaran bernama ijazah sepertiku. Nampaknya cuma aku seorang. Senin diminggu pertama sekolah. Aku sangat gembira. Seragamku kini putih merah terpisah. Rok rempel jahitan Nenekku dan kemeja putih bekas sekolah Taman Kanak-Kanakku dulu di Jakarta masih terpakai dan layak. Meski seragamku bekas, tetap terlihat paling bercahaya. Entah? Rasa-rasanya semua anak disini seragamnya tidak disetrika, apalagi mengkilat seperti seragamku. Sejak Ibuk

Thanks for coming, Jeng!

N amanya Ajeng, Karina Ajeng Widowati tepatnya. Ceria dan perfeksionis, apalagi klo urusan penampilan. Sudah ratusan hari terlewati dengan tidak bertemu gadis ini. Aku rindu bercerita dan tertawa lepas dengannya seperti saat freshman dan sophomore dulu. Ajeng kini menjelma sebagai anak muda pekerja kantoran yang punya office hours Monday to Friday, nine to five. Setelah lulus kuliah hal yang biasanya sulit adalah meng- arrange waktu untuk bertemu dengan teman-teman. Tetapi tempat tinggal kami tidak terlalu jauh. Dari kosanku hanya menempuh 10 menit untuk menginjakkan kaki di rumah Ajeng. Sering aku menginap atau sekedar bermain, bertemu keluarga Ajeng. Aku mengenalnya sejak 2007 lalu. Kami sama-sama sebagai mahasiswa baru Jurusan Geografi. Rasa-rasanya tidak gaul kalau tidak punya Gank. Aku tidak bilang bahwa kuliah di kampusku harus punya Gank, tapi mostly kami hidup dengan Gank-gank-an. Ada kecocokan. Entah kecocokan apa? Kami berempat seperti sudah 'berjalan' s

Dear London

Dear London Ini mungkin surat kesekian yang aku tulis untukmu. Sejak pertama limbikku memerintahkan retina mataku untuk menatapmu pekat, saat itupula aku terasa seperti tersedot dalam-dalam. Bagaimana bisa, aku tidak ingin lebih. Hanya ingin bertemu dengan-mu di musim gugur tahun 2012 ini.  Namanya Fikriyah. Itu aku, aku punya impian kecil tapi bernyawa besar. Impian itu sudah beberapa bulan ini menghinggapi malam panjangku. Menghinggapi cahaya siangku. Menemaniku untuk memompa semangatku. Berbagi rasa dengan aneka gambarmu yang hanya baru aku peroleh dari media online, album foto teman-temanku yang lebih dulu bertemu denganmu.  Aku ingat, dua macam barang yang aku miliki pernah berjumpa denganmu. Pink Coat dan Black Boots musim gugur tahun lalu melapisi Labibah dari sengatan angin dan rendahnya temperatur kamu. Mereka melindungi Labibah dan menemaninya saat bertemu kamu. Ahh.. Aku pasti bisa! Kamu tahu, aku ingin bercerita. Sejak aku berkata pada Tuhan-ku, sejak aku memint

Yuk.. Mari Bersyukur Sejenak

Tiba-tiba aku terdiam. Sepertinya sujudku barusan memberiku hembusan-hembusan angin segar. Malam ini malam Jum'at. Setelah melantunkan Surat favoriteku, aku menutup mushaf tercinta. Kemudian sedikit termenung menatap bau aroma kamar ini. Kamar kosanku. Aku baru saja menyelesaikan study sarjanaku beberapa bulan yang lalu. Aku, dengan segala mimpi yang aku punya dan target yang tersusun sempurna - baik itu dalam buku coretan maupun dinding ruangan ini. Aku bergegas meraih wajahku. Ada harap disana. Aku berharap semua target-target dan list pencapaianku bisa aku coret semua. Aku tidak ingin memberikan kata "TAPI" atau alasan dan justifikasi apapun. Yang penting aku berusaha, masalah hasil itu urusannya Allah. Aku masih terpaku dengan agenda tahun baruku beberapa bulan silam. Tak terasa rasanya ini sudah Oktober. Beberapa bulan lagi kita tutup tahun, dan berganti ke tahun 2013. Terus aku sudah berbuat apa saja? Sudahkah aku berbuat yang terbaik untuk diriku sendiri?

Perahu Kertas-Ku

D epok, malam tak pernah larut. Aku menutup twitterku ketika ku lihat banyak teman-temanku yang me-re-tweet dan favorite beberapa quotes yang aku ambil dari Novel Perahu Kertas-nya Dee. Kemudian aku tersadar, bukannya aku juga harusnya menuliskan beberapa kisah-kisah hidupku. Untuk menjadi sesuatu yang nyata kelak, atau sekedar aku bagi kepada anak dan cucuku dimasa depan? Kenapa tidak dari dulu aku menuliskannya? Aku ingin sesuatu yang masih abstrak ini menjadi nyata entah esok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan, atau kelak yang entah kapan. Aku ingin ketika aku terbangun dari tidurku maka ada dua bola mata indah yang aku bisa pandangi. Aku menatapnya dan berkata, "ini bukan lagi impian, tapi kenyataan.." Aku senang, karena Keenan dan Kugy akhirnya bersama. Setelah berputar-putar ke beberapa hati, setelah "mengikhlaskan" diatas kesadaran mereka atas perasaan masing-masing bisa-bisanya mereka berkata bahwa mereka bisa untuk tidak bersama. Aku tidak

Begitulah ritme hidup

Sekian lama sang surya memancarkan sinarnya, tak pernah sedikitpun berteriak,  aku lelah . Apalagi rembulan, jika masuk pada tanggal purnama. Dia hanya berkata, aku siap membagi cahayaku dan keluar dari peraduan demi menemani lekatnya malam. Angin, bukan aku tak ingin diam. meskipun secara definisi aku adalah masa udara yang bergerak, tapi bukan berarti aku tak ingin diam dan sedikit saja bernostalgia dengan bayangan dan angan cinta yang melekat dengan panorama yang menua. Bintang, apalah aku. Aku begitu jauh dari bumi. Mungkin manusia sudah tidak merasakan nafasku. Aku ingin berhenti memancarkan apa yang aku miliki. Namun, ada beban disini. Ada beban dipundak ini jika aku sedikit saja redup.  Aku harus selalu bersinar  agar setiap insan yang melihatku mereka akan berkata yah itulah aku, bagai bintang yang terus bersinar. Malam, jika saja tak ada pekat malam. Bagaimana mungkin kita terlelap dengan sedikit bunga pengekap dahaga. Siang, Aku hanya ingin pekat malam. Semua

Surat Untuk Ibu

Saya kagum padanya, disaat lingkungan seumurannya menyuruh anak-anaknya bekerja ke Kota. Ia meminta saya untuk 'melanjutkan' sekolah.. Dengan sadar saya tahu, bahwa Ibu saya yang tentu tidak akan pernah membaca  note  ini. Tetapi saya yakin,  emosi  saya saat menulis ini mampu ia rasakan di ujung Desa terpencil tempat tinggalnya. Ada banyak hal yang tidak mampu saya uraikan hanya dengan kalimat manis. Ibu, begitu mulia sepanjang masa. Allah menskenariokan nasib setiap orang begitu berbeda, ada yang begitu dekat dengan orang tuanya, ada yang  "jauh dimata dekat di hati" , bahkan ada juga yang  "dekat di mata, tapi di hati bagaikan kutub Utara dan Selatan"  Namun semua pasti ada tujuannya. Sejak kecil saya hanya beberapa tahun saja menikmati kasih sayang  'secara langsung'  dari Ibu saya. Kondisi keluarga yang 'sangat tidak memungkinkan' membuat saya harus 'dititip-titip'. Tapi lagi-lagi saya bersyukur karena