Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

Ibu-ibu Kampung Bulu, Tambun Bekasi

Mengajar di komunitas adalah hal sangat menyenangkan. Kegiatan voluntary sangat berbeda dengan kegiatan profesional lainnya. Kegiatan ini memang tidak berbayar mahal seperti pekerjaan-pekerjaan profesional kita. Tetapi kegiatan ini justru membayar dengan nilai kehidupan yang tidak pernah terbayar oleh apapun. Memberikan edukasi kepada masyarakat, khususnya Ibu-ibu yang tidak mempunyai pengetahuan lebih banyak dari kita dalam beberapa hal. Tidak mampun mengakses teknologi seperti kita saat ini. Mereka bukan tidak ingin belajar, mereka banyak tidak mendapatkan kesempatan seluas dan sebesar kita. Mereka sangat semangat belajar. Melalui @ppkmindonesia, sebuah kegiatan sosial untuk masyarakat ditatanan bawah, saya mendedikasikan sedikit waktu yang saya miliki, saya bagi dengan mereka. sangat menyenangkan. Kegiatan ini adalah saat saya memberikan training Perencanaan Keuangan untuk Keluarga kepada Ibu-ibu Pembantu Rumah Tangga (PRT) di Kampung Bulu, Tambun Bekasi. Saya memang bukan o

Kesempatan kedua, jika memang ada

Suatu hari aku membaca sebuah cerita, hingga aku menemukan pertanyaan, "jika engkau diberikan kesempatan untuk kembali kemasa lalu, masa yang manakah yang ingin engkau datangi?" begitu kira-kita kalimatnya, jika aku tidak salah mengingat.  Manusia tempatnya salah, karena memang terkadang kita harus melakukan kesalahan sehingga kemudian kita belajar dari kesalahan tersebut. Hal apa yang harus kita perbaiki hal apa yang harus kita tingkatkan dan hal apa yang harus kita kurangi. Namun, waktu pulalah yang akan mengajarkan kita bagaimana semua itu menjadi sebuah proses yang utuh, sebuah proses yang kita kenal sebagai proses pendewasaan. Sebuah proses yang terbentuk karena adanya hubungan sebab akibat dari kesalahan-kesalahan yang pelan-pelan kita perbaiki. Lalu bagaimana jika kesalahan itu menyangkut diri kita dan orang lain? Ini adalah murni pertanyaan aku sendiri lontarkan kepada diri ini agar berpikir. Disisi lain sebagai manusia, sejak kecil aku dididik oleh Bapak Oy
Bahagia itu adalah ketika melihat orang yang Anda sayangi tersenyum bahagia. Sama jelas seperti saat Anda memanjatkan doa kepada-Nya. Tuhan, bahagiakan orang-orang yang saya sayangi.

Bulan karam di matamu

Aku lupa kapan kiranya terakhir aku menatap bulan Malam terlalu beku untuk menemaniku Terkadang aku tidak sanggup jika sendirian menatap bulan Karena perlahan-lahan bulan itu karam Dan malam ini, ingin rasanya aku keluar dari kebekuan malam Sendiri saja, aku mulai berkaca-kaca Mataku ini. Mataku rasanya tak ingin sedikit saja melihat isi langit lainnya Indah Yah.. Terlalu indah Terlalu indah untuk harus diakhiri, tapi malam tidak dapat ditawar Aku berlalu, mungkin esok, lusa aku akan keluar dan menatap bulan lagi Demikian aku berkata Esok Lusa Atau entah beberapa bulan lagi Yah, untuk melihat bulan Saat ini, aku rasa kuasaku tak mampu untuk keluar Untuk menatapmu, bulan Karena malam tidak hanya beku namun menakutkan Dan aku bukanlah seorang pemberani, aku takut Dan kau bulan, aku ingin tidak menatapmu untuk sekian waktu Hingga esok, matahari mungkin menggantikanmu Namun begitu senja terpotong oleh hitungan waktu Kau, kau d

Sebuah Surat Untuk MIT

Dear MIT, Saya deg-degan saat menulis surat ini. Saya pikir saya mungkin hanya sedang tidur disiang hari dan bermimpi. Dan saat itu saya bertemu dengan Anda. Tiga tahun yang lalu saya sempat mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program pertukaran mahasiswa dengan beasiswa penuh dari pemerintah Amerika. Saya berkesempatan untuk mengikuti kegiatan perkuliahan di sebuah universitas bernama Iowa State University, untuk program IEOP (Intensive English and Orientation Program). Ada banyak hal yang membuat saya mampu menjelaskan kepada diri saya bahwa saya harus kembali ke Amerika. Saya juga pernah mengikuti kuliah musim panas di Jerman, namun entah kenapa kegiatan tersebut tidak membuat saya ingin kembali mengikuti kelas-kelas di Jerman, saya tidak berkata kelas perkuliahan di Amerika lebih baik daripada Jerman. Namun lebih kepada tingkat kecocokannya dengan saya secara pribadi. Saya punya alasan yang kuat untuk kembali ke tanah Paman Sam, alasan terbesar adalah encouragement ya

Senja terpotong dua di secangkir cappuccino #2

Aku memang pernah mendengar dengan gamblang mengenai perempuan itu sebelumnya. Aku bahkan diam-diam mencari tahu dari kejauhan. Dari semuanya, aku hanya menyimpulkan bahwa dia memang hebat.  Itu dua tahun lalu. Dan sejak kedatanganku ke Kota ini beberapa bulan lalu. Dia seperti mengetuk pintu apartemenku. Meskipun rasanya aku tidak pernah kuasa bertatap muka dengannya. Meskipun aku selalu penasaran dan ingin bertanya, darimana dia tahu bahwa aku ini menikmat cappuccino? Aku tidak pernah menginginkan ada perjumpaan tidak sengaja antara wajahnya dengan wajahku. Aku tahu, jika itu terjadi aku butuh waktu sedikitnya tiga hari untuk mengatur nafasku kembali. Dan meyakinkan diriku bahwa, dia hanya seorang wanita. Selebihnya, dia hanya lebih tua beberapa tahun dari aku. Dan sisanya, aku pasti akan berkaca lebih lama dihadapan cermin. Bukan, bukan untuk melihat bahwa dia lebih cantik dari aku atau aku lebih cantik dari dirinya. Tetapi, aku hanya ingin melihat bahwa menikmati cappucci