Skip to main content

Rumah

Ingin rasanya aku pulang. Dia pula telah lama memanggilku, menyuruhku pulang. Namun, kakiku tak kunjung melangkah. Entahlah..
Pulang, aku ingin rasanya pulang. Rumah itu, begitu syahdu..
Apa aku pulang sekarang? Aku rasa aku masih kurang. Masih banyak, banyak sekali yang harus ku cari disini. Bukan hanya untukku tapi untuknya.
Aku khawatir pada rumah. Takut, takut ia ada yang menaksir. Keberadaannya yang strategis, banyak orang yang sudah lama melirik, aku tragis.
Rumah..
Aku tak berdaya. Berdirilah disana, kokoh. Jangan hiraukan aku. Aku masih berusaha. Untuk kembali.
Jika kau bosan, jika kau marah. Maaf aku tak pernah menggubris. Rumah, aku sungguh. Aku rindu kembali.
Rumah, ini caraku. Jika kau tak suka, apa dayaku. Jika kau ingin pergi, aku mohon jangan. Tetaplah disana, menungguku...

Comments

Popular posts from this blog

TE466 Self-branding Assignment: Fikriyah Winata

One day, my roommate told me: “Fik, you should take a rest. You have been working too long, take a break and don’t be too hard to yourself.”   I suddenly stop writing and calculating some math on GRE problem sets—at that time, I was preparing for my PhD application. Her thoughts about how hard I worked stopped me for seconds and gave me time to think and ask, “Have I been working too hard?”   I personally never think that I work ‘hard enough’, I always feel never enough in working. I always demand more to myself to improve my quality to be a better person. I take everything very seriously including something very small for others. To me, there is no unnecessary thing. Everything is important, and everything has its own value. And I will be taking every single work I have seriously, even it is only doing some dishes at my kitchen home.  My roommate’s perspective then made me really counted the duration I was studying, the number of problem sets I had solved, and how...

Operasi Sapu Lidi

Salah satu contoh operasi hitung sapu lidi Sumber gambar :  dayufunmath.wordpress.com Usiaku saat itu masih enam tahun. Hari itu Kakekku resmi mendaftarkan aku sekolah. Ku lihat lagi selembar ijazah yang dikampit oleh Kakekku. Ku perhatikan baik-baik. Ada fotoku dua bulan lalu. Lucu. "Itu apa Kek?" aku menunjuknya. "Ini ijazah sekolah Neng yang dulu di Jakarta. Buat daftar sekolah disini" kemudian Kakekku menjelaskan. Tidak satu orangpun diantara barisan pendaftaran sekolah itu yang membawa lembaran bernama ijazah sepertiku. Nampaknya cuma aku seorang. Senin diminggu pertama sekolah. Aku sangat gembira. Seragamku kini putih merah terpisah. Rok rempel jahitan Nenekku dan kemeja putih bekas sekolah Taman Kanak-Kanakku dulu di Jakarta masih terpakai dan layak. Meski seragamku bekas, tetap terlihat paling bercahaya. Entah? Rasa-rasanya semua anak disini seragamnya tidak disetrika, apalagi mengkilat seperti seragamku. Sejak Ibuk...

ReviewBuku: Mendadak Haji [Prie GS]

Mendadak Haji by Prie GS My rating: 5 of 5 stars Jujur saya belum familiar dengan penulis. Saya randomly membeli buku dengan topik "berhaji" karena saya mempunyai target untuk menunaikan ibadah haji sebelum saya berumur 35tahun. Semoga Allah Swt. menghendaki. Aamiin. Kembali kepada Pak Prie GS dalam bukunya saya jujur, kadang bingung. Beliau ini sangat genuine sekali menulisnya. Menyampaikan perasaannya tanpa men-delete sedikitpun. Sangat genuine . Bahkan yang menurut saya sangat berkesan adalah beliau menuliskan ketidaksukaan beliau akan sesuatu, suasa hati, dan berbagai kekesalan-kekesalannya. Tidak banyak dari kita yang berani mengutarakan hal tersebut. Apalagi dalam sebuah buku yang akan dibaca oleh ribuan bahwan jutaan orang mungkin. Bagi saya, membaca buku Pak Prie GS bukan hanya memberikan insight dan pengetahuan mengenai haji, gambaran bagaimana 'berat'-nya ibadah haji, tetapi beyond dari itu semua. Pak Prie GS berhasil mendidik saya bahwa, kesena...