Ada kisah kecil dibelakangan sana. Apa? Mungkin itu Impian?Atau juga sesuatu yang kau anggap impian dimasa lalu namun menjadi sesuatu yang nyata saat ini. Bisa jadi. Mari kita lihat.
Kau tahu readers, diufuk jerami yang begitu menggulung dan berserakan ada helai-helai putih. Entah apa? Kau tahu, itu adalah sebuah penemuanmu. Penemuanmu akan sesuatu yang tidak mungkin. Bukan jarum, bukan juga bangkai. Hari ini hujan menyapaku, aku suka. Sungguh. Karena hujannya tidak keras, tidak juga lembut. Namun meneduhkan, membuka cakrawalaku akan dunia. Sedikit gelap namun tidak pekat. Menemani kesendirianku menyongsong waktu.
Kau tahu, disana ada sebuah lembaran panjang yang aku namanya 'Proposal Kebahagiaan'sebuah harga mati dari perjalanan hidup yang berderet sempurna. Meski kadang memaksaku untuk berdalih, tidak! Bukan! Aku lelah. Namun, tidak ada pilihan dalam hidup ini selalin bahagia.
Mari kita bersama mendefinisikan kebahagiaan. Tentu saja tidak akan sama. Kebahagiaan menurutku dan kebahagiaan menurutmu, readers. Begitu kompleks kan kebahagiaan? Tentu saja tidak. Kebahagiaan itu simple. Bisa kan kau membayangkan, bagi seorang anak bayi, kebagiaan itu adalah ketika sang Ibunda tercintanya memberinya ASI, meninabobokannya, memeluknya, dan tersenyum kepadanya. Tapi bagimu saat ini tentu bukan itu kan? Karena kau tidak lagi seorang bayi. Kau lihat seorang anak kecil dijalanan itu, seorang anak kecil berumur sekitar tujuh tahun. Dia menangis, dia terisak. Ternyata anak kecil itu adalah seorang anak yang di import dari Kampung nan jauh disana, dari sebuah desa yang tidak bisa terlepas dari sebuah nama yang namanya kemiskinan. Yah anak kecil malang itu adalah seorang bocah korban trafficking yang dijual orangtuanya kepada germo lalu dibawa ke Kota Jakarta untuk dipekerjakan sebagai (maaf) pengemis. Putus sekolah, putus tali keluarga, putus kehidupan anak-anak, putus pula segala imajinasi dan impian-impian kecilnya. Lalu dimana letak kebahagiaan untuknya? Tidak kah kau kasihan kepada mereka.
Tahu kah kamu readers, menurut data International Organization for Migration (IOM) Kasus perdagangan manusia di Indonesia hingga saat ini sudah mencapai 1.022 kasus dengan 88,6% korbannya adalah perempuan. Kasus ini tidak pernah menurun jumlahnya setiap tahunnya melainkan selalu meningkat. Dan yang lebih menyedihkan lagi karena 60% korban traffciking berasal dari Jawa Barat. Sebuah provinsi dimana Universitas kita tercinta berada, sebuah provisi maju yang berada di pulau Jawa, dekat dengan Ibukota. Tapi ini realita. Apakah kita akan hanya meratapi saja. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Apa yang bisa kita perbuat, jangan jauh-jauh untuk mengembalikan kebahagiaan mereka. Yang terpenting adalah preventing agar angka ini dapat sedikit saja menurun.
Beberapa waktu yang lalu belum pelak dari ingatan kita, kasus-kasus sang pahlawan devisa negara kita. Tidak sedikit dari mereka terpaksa asal kalian tahu mereka benar-benar terpaksa mengadu nasib ke luar negeri. Bukan semata-mata karena mereka mengerti medan luar negeri itu seperti apa? Banyak dari kita yang willing to work overseas, karena kita paham. Karena kita mengerti, kita ingin mengadu nasib di perusahaan X misalnya di negara Y, lalu kita apply, dan keterima, dan kita bekerja disana dengan segala passion yang kita miliki juga knowlegde kita. Tapi bagaimana dengan mereka? Bagaimana dengan mereka yang low educated? Mereka tidak paham ini itu, ingin jadi kaya dan keluar dari lingkaran setan kemiskinan dengan cara instant yaitu menjadi TKW. Tapi lagi-lagi itu realita.
Lalu apa? Aku berdiri, mungkin aksi kecil yang dilakoni oleh beberapa teman-teman yang peduli dengan fenomena Child Trafficking di Indonesia masih sangat jauh dari harapan untuk dapat mengurangi sedikit calon-calon kesedihan. Bukan pula sebuah project besar pengembalian kebahagiaan. Tapi sebuah aksi nyata kepedulian kaum muda Indonesia untuk generasi-generasi penerus bangsa. Untuk membuat senyuman kecil itu kembali nyata, untuk membuat anak-anak ini menolak kepada orangtua mereka, dan berani berbicara bahwa kehadiran mereka kedunia ini adalah semata-mata karena takdir yang maha kuasa. Bukan untuk diperjual belikan. Mungkin kami tidak mampu berdemo di depan gedung DPR-MPR untuk menggagalkan rencana pemerintah menaikan BBM. Mungkin kami juga tidak paham dengan dunia perpolitikan negara yang sungguh kami tidak mengerti, yang kami sedikit pahami mungkin sekali lagi mungkin dengan banyaknya berita dimedia yang mengekspos tentang rencana kenaikan BBM dan aksi hebat yang sedikit banyak menyita kepentingan banyak orang adalah sebuah usaha mengalihkan respond dan perhatian masyarakat terhadap kasus suap wisma Atlit. Karena saat ini lihat saja, kasus itu seperti tertiup angin. Seperti halnya, kalian pasti ingat readers, kasus yang menimpa Vokalis Petterpan kenamaan Ariel. Kasus ini sebenernya tidak harus sebesar itu. Kasus ini bisa saja dilakukan oleh siapa saja, hanya saja kondisinya Ariel adalah public figure sehingga kasusnya menjadi besar. Tapi bukan itu, kasus ini seolah melenyapkan kasus Century yang kala itu memuncak. Tapi lagi-lagi media lebih banyak mengekspos tentang Ariel lalu apakah kalian ingat, setelah Ariel, Century menjadi lenyap begitu saja. Yah, atau bisa juga ini hanya pemikiran sederhana kami saja yang sungguh miskin Perpolitikan Indonesia.
Again readers, karena kita sebagai anak muda Indonesia. Kita punya peran masing-masing. Kita punya kontribusi yang berbeda. Kita juga sudah seharusnya berterima kasih, meskipun teman-teman yang aksi, meskipun tidak bisa menggagalkan rencana pemerintah menaikan harga BBM tapi mungkin saja karena melihat fenomena aksi itulah pemerintah kemudian iba dan tercengang lalu minimal menunda kenaikannya. Toh semua orang juga kan yang menikmati penundaan ini. Kita tidak bisa berbuat A, tapi yakinlah kita pasti bisa berbuat B.
Kamudian aku kembali menggoreskan. Satu persatu dari impian kita mungkin sudah terealisasi dan tercapai sesuai dengan yang kita harapan, namun masih banyak pula dari goresan itu yang masih terpahat sempurna. Tidak usah kecewa, Allah tahu tapi menunggu. Banyak target yang belum tercapai. Banyak mimpi yang belum menjadi nyata. Banyak tempat yang belum terjamah. Atau justru impian-impian baru itu menjadi semakin memiliki banyak goresan? Bisa jadi. Yang penting kita bahagia, karena proposal kita yang berisi impian, perjalanan hidup, rencana 1 tahun ke depan, 2 tahun kepan, kapan kita bekerja, dimana kita bekerja, atau mungkin membangun lapangan pekerjaan untuk oranglain, kapan kita menikah? Bersama siapa akan menghabiskan sisa usia? Dimana akan melambungkan layar bahtera rumah tangga dan mungkin hingga dimana kita akan dimakamkan. Semua itu semata-mata untuk mencapai sesuatu yang dinamakan kebahagiaan bukan?
Atau mungkin, ada sebagian kecil dari kita justru belum memiliki proposal kebahagiaan? Ada dari kita yang lebih suka menuliskannya dikepala kemudian merealisasikannya. Itupun tidak salah, proposal kebahagiaan yang tidak tertulis. Atau mungkin anak-anak kecil yang tidak seberuntung kita disana? Anak-anak kecil yang dengan 'proposal kebahagiaan'nya untuk kemudian menjadi korban traffickingkarena demi melunasi hutang orangtua mereka. Atau mungkin para pendahulu kita yang notabene 'hebat' dalam proposal kebahagiaannya tidak pernah tertulis korupsi atau apapun tapi karena tuntutan lingkungan dan kebutuhan demi memenuhi life style-nya pejabat mereka terpaksa menuliskan korupsiinvisibly. Bisa jadi kan.
Karena sesungguhnya kita tidak punya pilihan lain di dunia ini selain bahagia. Mungkin proposal kebahagiaan kitalah yang bisa sedikit banyak mengingatkan kita. Sedikit banyak mengarahkan kita pada tujuan awal kita hidup.
Lalu aku melihat betapa memerah tanah lapangan dihadapanku, dengan penuh daun dauh maple yangrontok, dengan tiupan angin yang bersahutan. Yah ini Autumn dalam proposal kebahagiaanku. ***
Depok, April 1, 2012
18.53 WIB
*F*W*
Comments
Post a Comment