Skip to main content

Bersepeda, Kenalkan Kebiasaan Baik Kepada Turis


Oliver dan Aby bergaya di depan UI-wood

Saya, Oliver dan Aby beberapa tahun yang lalu :)

Siapa bilang yang namanya adventure itu hanya berlaku saat kamu bepergian jauh? Saat kamu menghabiskan berjam-jam di bis, kereta, pesawat, atau noda transportasi lainnya. Siapa bilang adventure itu hanya saat kamu pergi melintasi anak-anak sungai dan mendaki kaki gunung? Atau saat kamu mengarungi rute-rute ekstrim yang belum dilalui orang banyak. Tidak! Tentu tidak ada batasan kapan perjalanan itu dinamakan adventure. Begitu juga dengan istilah trip, banyak yang mengartikannya sebagai sebuah perjalanan jauh. Lalu bagaimana jika ‘perjalanan’ atau ‘adventure’ itu hanya berlokasi di sekitar kita, apa itu tidak bisa dikatakan perjalanan? Tentu saja bisa, karena perjalanan itu tidak pernah dibatasi seberapa jauh jarak yang kita tempuh, tetapi perjalanan itu manakala kita sudah tidak berada di lokasi awal kita berada.
Beberapa tahun yang lalu saat saya masih berkuliah di Universitas Indonesia, kampus mulai terintervensi dengan issue global warming. Issue ini sebenarnya sudah sejak tahun 90-an masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya arus globalisasi. Namun, kampus mulai mempopulerkan istilah-istilah ‘Go Green’, ‘Reduce, Reuse, Recycle’, dan campaign global warming tahun 2000-an. ‘Environmentalist muda’ ala kampus mulau gencar melakukan aksi-aksi sadar lingkungan. Tepat tahun 2008, tahun kedua saya berada di kampus, kami di hadiahi berbagai fasilitas pro-lingkungan, Go Green!
Fasilitas-fasilitas tersebut selain bertujuan untuk mengkampanyekan sadar lingkungan juga mengenalkan kami pada arti hidup sehat. Pertama bikun[1] kami, bikun awalnya hanya berwarna kuning polos bertuliskan Universitas Indonesia beserta makara kebanggaan. Kemudian lomba design bikun dengan konsep Go Green, jadilah bikun kini (tetap) berwarna kuning dengan konsep Go Green dan terdapat pesan-pesan sadar lingkungan. Fasilitas kedua terpenting adalah, UI membuatkan kami track sepeda, track sepeda ini berada di pedestrian sepanjang jalan lingkar dalam dan luar kampus UI. Track sepeda di cat merah dan sepeda di larang melewati jalan kampus. Sepeda harus berada di track sepeda yang sudah di sediakan! Begitu kira-kira peraturan dari pembuat kebijakan kampus.
Diluar semua itu, track tidak akan pernah berfungsi dan dilalui jika mahasiswa atau-pun target pengguna track tidak memiliki sepeda. Sepeda-pun di sediakan UI, itu fasilitas ketiga dan terpenting, bahwa UI memang berkomitmen, sadar lingkungan dan sadar kesehatan. Karena bersepeda di kampus kami yang (cukup) luas lumayan dapat membakar kalori sekaligus mengurangi emisi karbon. Sepeda dipinjamkan gratis kepada mahasiswa dengan syarat harus menunjukan kartu mahasisa (KTM). Petugas di setiap shelter sepeda akan mencatat sepeda yang dipinjam dan yang dikembalikan. Mahasiswa hanya dapat meminjam di shelter tertentu dan harus mengembalikan di shelter tertentu pula, tidak harus di shelter awal tempatnya meminjam. Peminjaman sepeda di buka pukul 08.00 pagi dan dirapihkan pukul 16.00 sore. Disinilah awal saya mengenal sepeda-an keliling kampus.
Sepedaan keliling kampus menjadi trend dikalangan mahasiswa sejak 2009, begitu juga dengan saya. Menunggu bikun di halte terkadang lama, lebih baik menggunakan sepeda. Sepeda tidak hanya saya gunakan untuk move dari satu fakultas ke fakultas yang lain, namun saya gunakan juga untuk bersepeda santai di sore hari setelah kuliah. Kala itu banyak mahasiswa lain melakukan hal sama dengan saya. Seminar, kajian, dan workshop tentang sepeda kemudian menjamur di kampus UI Depok, bahkan saya berkesempatan memoderatori salah satu acara ‘Bike for Work’ di kampus UI. Sharing dan talkshow pengguna sepeda dan juga memperkenalkan Bike Community di UI, ternyata ada yah. Saya baru tahu juga ketika itu. Kemudian ide-ide lain berdatangan. Karena kampus saya luas dan banyak teman-teman dari luar daerah maupun luar negeri yang kala berkunjung ke UI ingin berkeliling kampus. Bisa gempor juga kalau jalan, bersepeda kemudian menjadi solusi bagi saya. Mengajak mereka bersepeda keliling UI, sebuah perjalanan yang sangat sederhana, jauh dari kata trip ataupun adventure ternyata memberikan ambience dan impression yang sangat baik. Bahkan menagih.

Bule bersepeda di UI
            Sejak saya masuk UI 2007 silam, saya selalu curious setiap melihat bule berkeliaran di kampus. Mungkin karena saya kala itu belum pernah abroad, sehingga masih canggung kalau bule mingle dengan mahasiswa lokal, baik bermain maupun belajar. Sementara di UI yang memiliki program kelas internasional dan student exchange jelas pemandangan itu biasa. Sehingga ditahun-tahun kuliah berikutnya ketika saya sudah mulai memiliki teman-teman mahasiswa asing, atau teman-teman foreign yang ingin berkunjung dan berkeliling kampus UI. Saya pasti mengajak mereka bersepeda. Sebuah solusi, menyenangkan dan menyehatkan.
            Akhir tahun 2010 silam, sahabat saya Gloria Diweal dari Austria mengabari bahwa rekan penelitian second masternya Oliver Ortis akan berkunjung (lagi) ke Indonesia. Tepatnya ke Jakarta, dan suggested saya untuk bertemu dengan Oliver. Singkatnya Oliver sudah di Jakarta dan hari itu dia berencana akan bertemu dengan saya. Setelah bercakap via telpon Oliver sudah bedara di stasiun UI. Saya surprised juga, saat menjemputnya di halte Stasiun. Oliver ternyata bersama Abi rekannya di Jakarta yang sudah akrab. Kami bertiga-pun memulai ‘perjalanan’, dimulai dari Halte Stasiun UI. Sesuai rencana saya, saya akan mengajak Oliver dan Abi bersepeda.
            Saya memberikan sedikit introducing kepada Oliver dan Abi mengenai kampus UI, bangunan-bangunannya, fakultas-fakultasnya, serta faculty member-nya yang saya kenal. Kebetulan Oliver sedang meneliti mengenai electricity dan curious untuk mengunjungi Fakultas Teknik, dan mengunjungi departemen tempat saya belajar, Geografi. Oliver dan Abi Nampak semangat sekali ingin menjelajah kampus UI.
            Kami berjalan sedikit menyeberangi kampus UI menuju shelter sepeda stasiun UI, tiba-tiba Oliver dan Abi berubah pikiran dan meminta saya untuk membawa mereka makan siang terlebih dahulu. Saya merubah rute dan menunda petualangan sepeda sebentar karena sudah masuk waktu makan siang. Kemudian kami ke kantin fakultas saya untuk makan siang, lalu mampir sebentar ke Departemen Geografi. Oliver dan Abi berkenalan dengan beberapa dosen saya dan menunjukan curiosity-nya untuk berkeliling UI.
            Jarak dari Departemen Geografi ke shelter sepeda terdekat hanya sekitar 70 meter tepat didepan Gedung Rektorat UI. Biasanya jika ada teman saya berkunjung ke UI dan akan saya bawa bersepeda dia, saya meminjam KTM teman saya. Tapi berhubung wajah bule Oliver sangat mencolok tidak mungkin saya menggunakan KTM teman saya. Saya akhirnya meminta izin kepada petugas untuk meminjam dua sepeda lagi untuk teman saya. Awalnya petugas shelter enggak meminjamkan karena tidak ada jaminan KTM jikalau terjadi sesuatu pada sepeda kampus. Lalu saya menjelaskan dengan bahasa semudah mungkin untuk dipahami. Bahwasanya Oliver ini turis dari Austria sedang berkunjung ke Depok, alangkah baiknya jika kita mengenalkan kampus UI dan juga mempelihatkan berbagai aktivitas kampus. Petugas kemudian memberikan izin kepada Oliver dan Abi untuk menggunakan sepeda. Mereka tampak senang dan sangat menyukai sepeda UI, meskipun untuk tubuh Oliver yang besar sepeda mejadi sangat kecil, sementara saya, saya masih harus memendekan sepeda. Hehe.. Petualang dengan sepeda segera kami mulai.
            Rute pertama dari Rektorat kami menuju shelter FIB UI, perjalanan sekitar 150 meter. Kami berhenti sebentar untuk melihat aktivitas di FIB UI, saat itu kebetulan dengan ada pameran seni di Gedung IX. Kami kembali mengambil sepeda kami di shelter dan melajutkan perjalanan kami. Kami menuju Fakultas Teknik, karena Oliver penasaran dengan Departemen Teknik Elektro. Kami menelusuri track Menara Air, PNJ, dan Pusgiwa. Lalu berhenti di Fakultas Teknik. Oliver dan Abi sangat menyukai track yang berada dibawah pepohonan rimbun. Kami berkeliling Fakultas teknik, karena waktu sangat terbatas sementara masih banyak rute yang harus kami lalui Oliver harus puas dengan berkeliling sebentar di Fakultas Teknik. Selanjutnya perjalanan menelusuri track Fakultas Ekonomi, lalu Fakultas Ilmu Budaya, FISIP, dan melewati kebun binatang rusa. Kami berhenti sebentar untuk melihat rusa-rusa bermain bebas. Selanjutnya perjalanan kami lanjutnya memasuki lingkar luar kampus UI. Melewati gerbang masuk UI, lalu kami melewati turunan dan wooow ini sangat menyenangkan karena saat landing di daratan itu kami disuguhkan sebuah danau dengan tulisan Universitas Indonesia di hamparan rumput hijau, kami menamai-nya UI-wood, very famous. Oliver dan Abi sangat menyukai sensasi meluncur sepeda yang mereka lalui. Oliver meminta agar kami berfoto-foto dahulu di UI-wood, bagi mereka ini adalah wisata kecil-kecilan, little recreation around campus. Lalu dia bercerita bahwa sangat senang bersepeda di UI, dan tanpa saya ketahui ternyata Oliver dan Abi mengamati semua aktivitas manusia di dalam kampus yang mereka lalui tadi. Oliver sangat suka dengan aktivitas dan rute sepeda yang di buat kampus. Lalu kami bercerita, Oliver dan Abi ingin sekali jikalau ke UI lagi (nanti) untuk diajak bersepeda lagi. Saya-pun bercerita bahwa beberapa teman foreign saya seperti Aghie dan Qeels dari Brunei juga pernah saya ajah bersepeda di UI dan sangat menyukai adega meluncur di UI-wood. Kami-pun melanjutkan perjalanan bersepeda kami dan menikmati rute-rute yang disuguhkan. Kami melewati lingkar luar UI hingga ke Shelter Asrama Mahasiswa UI. Kemudian kami kembali ke shelter awal.
            Meskipun sedikit melelahkan Oliver dan Abi enggan menyudahi kegiatan bersepeda kami. Namun, pukul 16.00 semua sepeda harus dibereskan dan mau tidak mau kami harus mengembalikan sepeda. Dengan mengucapkan terima kasih kepada petugas Oliver dan Abi berjabat tangan dan menunjukan rasa senangnya dengan sepeda UI. Saya tersenyum. Kegiatan bersepeda di kampus tidak hanya baik untuk menjaga lingkungan dalam upaya pengurangan emisi Co2. Tetapi sebuah usaha mengenalkan kebiasan baik kepada turis.***


[1] Bikun adalah istilah untuk Bis Kuning yang berada di lingkungan kampus UI Depok. Sebagai transportasi dalam kampus yang bebas digunakan oleh civitas akademik UI maupun masyarakat umum.

Tulisan ini dapat juga di lihat di : http://nationalgeographic.co.id/site/kisah-perjalanan-bersepeda/1372040003/bersepeda-kenalkan-kebiasaan-baik-kepada-turis

Comments

Popular posts from this blog

Operasi Sapu Lidi

Salah satu contoh operasi hitung sapu lidi Sumber gambar :  dayufunmath.wordpress.com Usiaku saat itu masih enam tahun. Hari itu Kakekku resmi mendaftarkan aku sekolah. Ku lihat lagi selembar ijazah yang dikampit oleh Kakekku. Ku perhatikan baik-baik. Ada fotoku dua bulan lalu. Lucu. "Itu apa Kek?" aku menunjuknya. "Ini ijazah sekolah Neng yang dulu di Jakarta. Buat daftar sekolah disini" kemudian Kakekku menjelaskan. Tidak satu orangpun diantara barisan pendaftaran sekolah itu yang membawa lembaran bernama ijazah sepertiku. Nampaknya cuma aku seorang. Senin diminggu pertama sekolah. Aku sangat gembira. Seragamku kini putih merah terpisah. Rok rempel jahitan Nenekku dan kemeja putih bekas sekolah Taman Kanak-Kanakku dulu di Jakarta masih terpakai dan layak. Meski seragamku bekas, tetap terlihat paling bercahaya. Entah? Rasa-rasanya semua anak disini seragamnya tidak disetrika, apalagi mengkilat seperti seragamku. Sejak Ibuk...

Toraja Funeral, people can see your social stage from this moment..

I would say that I was really curious to know more about this moment, yes definitely Toraja Funeral. It has been three couple months from the first time when  I came here in Toraja which it splits to two districts, Tana Toraja and North Toraja Districts.  There are some differences between Tana Toraja and North Toraja, even thought this area was one district as Tana Toraja District. It spat about last 2009s.  Last three couple days I was seeing the funeral. It was scary for me due to many of buffaloes dead and people looked like happy to do it. I was wondering when some people were killing the buffaloes. They were pretty much laughing and saying “Hey the buffalo come here, don’t go anywhere after he killed a poor buffalo and the buffalo was much angry to him. They killed the buffaloes were so wicked and cruel, I thought that it would make the buffalo so scare. But again it was because the ‘adat’ rules. They had to kill the buffalo like t...

TE466 Self-branding Assignment: Fikriyah Winata

One day, my roommate told me: “Fik, you should take a rest. You have been working too long, take a break and don’t be too hard to yourself.”   I suddenly stop writing and calculating some math on GRE problem sets—at that time, I was preparing for my PhD application. Her thoughts about how hard I worked stopped me for seconds and gave me time to think and ask, “Have I been working too hard?”   I personally never think that I work ‘hard enough’, I always feel never enough in working. I always demand more to myself to improve my quality to be a better person. I take everything very seriously including something very small for others. To me, there is no unnecessary thing. Everything is important, and everything has its own value. And I will be taking every single work I have seriously, even it is only doing some dishes at my kitchen home.  My roommate’s perspective then made me really counted the duration I was studying, the number of problem sets I had solved, and how...