Skip to main content

Cuma Mau Ulangtahun


Dear readers, klo diantara teman-teman ada yang pernah baca novelnya Mas Iwan Setyawan yangbest seller ‘9 Summers 10 Autumns’ pasti inget banget salah satu hal yang memacu dan membuat Mas Iwan ‘harus’ sukses adalah semata-mata karena ia ingin sekali memiliki kamar sendiri. Ingin punyaprivacy agar bisa belajar dikamarnya sendiri, hingga diluar impiannya beliau menjadi Direktur disalah satu perusahaan multinasional di NYC. Subhanallah.. Meskipun terdengar sedikit sederhana namun kekuatan ingin memiliki kamar sendiri ber-impact luar biasa.

Mari, izinkan saya membagi sedikit saja keinginan saya yang terdengar sederhana pula. Meskipun saya belum sesukses Mas Iwan, tapi saya yakin suatu hari nanti saya pasti bisa seperti Mas Iwan atau mungkin lebih. Aamiin. May the universe also pray for me..

Impian dan keinginan saya begitu sederhana, semuanya berawal ketika saya tinggal di suatu area pemukiman padat dipinggiran Jakarta Barat. Saat itu umur saya sekitar lima tahun, ikut orangtua urbanisasi mengadu nasib ke Kota Jakarta. Saya bersekolah di TK AMI (Anak Merdeka Indonesia). Sebagai anak dusun dari Selatan Banten, saat itu saya sama sekali belum bisa berbicara bahasa Indonesia. Culture shock pertama saya, ketika harus bertemu dengan anak-anak kota yang ngomongnya cas cis cus. Saya cuma bisa ngomong bahasa ibu saya, bahasa sunda. Ibu yang kala itu baru punya anak saya selalu semangat mengajari saya berbicara bahasa Indonesia dan memompa semangat saya untuk bisa belajar ngomong. Sebelum berumur enam tahun saya sama sekali tidak bisa mengucapkan huruf “R” selalu di bully oleh orang kampung dengan panggilan ‘pikli’ (Fikri), talatut (Seratus = Seratus Rupiah maksudnya), kaldut (Kardus), dan lainnya. Namun ketidak bisaan saya mengucapkan ‘R’ senantiasa dilatih saat saya harus mengenyam pendidikan dibangku TK. Begitupun dengan ayah tiri saya, beliau selalu berusaha berbicara bahasa indonesia dengan saya.
Setelah dua bulan tinggal di Jakarta saya masih tidak berani untuk bergaul dan bermain bersama teman-teman TK. Setiap jam istirahat saya cuma duduk ditangga sambil manyun. Pengen main sama yang lain tapi gak berani. Pengen ngomong juga susah. Gak bisa ngomongnya. Alm. Ibu Nunung adalah guru pertama saya setelah Ibu dan Nenek saya, beliau dengan sabar menyemangati saya agar bisa bermain dengan teman-teman yang lain. Sayangnya, sejak dua bulan itu Ibu harus ikutan bekerja. Jadilah Ibu dan Bapak tiri saya sama-sama bekerja. Terkadang klo Ibu sedang tidak sibuk saya diajak ke tempat kerja Ibu, bertemu dengan teman-temannya dan lagi-lagi practice. Begitulah, saya berusaha keras untuk ‘bunyi’ karena untuk berucap ‘namanya saya Fikri’ ajah susahnya minta ampun.

Baru setelah empat bulan tinggal di Jakarta saya baru benar-benar bisa berbicara bahasa Indonesia. Bisa bermain dengan teman-teman, bernyanyi didepan kelas, beli boneka kertas diabang-abang ager, beli bola bekel dan bekelnya di si Enci, beli bakso di mas Bejo, bermain boneka sepulang sekolah dirumah Salha, Ima, dan lain-lain. Bernyanyi dan menari serta berolahraga setiap hari rabu, sambil ada hari timbang berat badan setiap minggu.

Hingga pada suatu hari, saya menerima sebuah kartu kecil diamplop yang super unyu. Saya tidak mengerti ini kartu apa? Dengan kemampuan membaca saya yang sudah lancar sejak masih tinggal dikampung dahulu saya tahu klo itu undangan perayaan ulangtahunya Dewi, anaknya si Enci sebelah rumahnya Nenek. Dewi itu, anak ketiga Enci yang super lucu. Kulitnya putih, menurut cerita Ibu si Enci itu baik anak-anaknya semuanya kuliah, tinggal Dewi yang umurnya beda jauh sama kakak-kakaknya yang masih berumur 4 tahun. Sayangnya waktu itu Ibu sudah kembali kekampung untuk persiapan lahiran adik twin saya. Namun saya masih harus menyelesaikan pendidikan TK saya tinggal dengan keluarga bapak tiri di Jakarta. Hari itu, saya membawa sebuah bungkusan yang sudah dibungkus oleh Alm. Tante Yuyun (Adik kandung bapak tiri saya). “Itu namanya kado Pih, nanti Pipih bawa itu kerumah Dewi yah, terus kasih ke Dewi, sambil bilang, Selamat Ulang Tahun Dewi. Pipih klo mau nyanyi, nyanyi ajah disana yah..” Begitulah pesan Tante Yuyun sebelum saya meninggalkan rumah. Rumah Dewi hanya beda 2 rumah dari rumah Nenek. Jadi Tante Yuyun tidak harus mengantarkan saya kesana.

Dirumah Dewi, Ya Allah..rame banget rumah Dewi. Anak-anak satu RT sepertinya tumpah dirumah Dewi semua. Meriah, ramai, gaduh, dan bahagia. Semua anak-anak bernyanyi, potong kue, makan, dan bersenang-senang semua. Kami semua diberikan topi yang super lucu, waktu saya dapet topi kerucut. Ada juga yang topi bulet kepala tapi depannya ada gambar kartun lucu. Acaranya berlangsung sangat meriah. Aku kasih kado kepada Dewi sesuai dengan nasehat Tante Yuyun. Pulangnya, tidak lupa semua orang membawa bingkisan yang tidak kalah lucu. Aku bahagia hari itu. Ingin rasanya bertemu Ibu, memeluknya dan berkata padanya “Bu, klo aku 6 tahun, tahun depan. Aku mau ulangtahun yah kayak Dewi..” Namun sayang, pada zaman saya TK tidak ada fasilitas yang namanya handphone. Walaupun dirumah Nenek sudah ada telepon tapi dikampung Ibu tidak ada fasilitas komunikasi sama sekali. Saya tahan, hingga saya benar-benar bertemu Ibu nanti.

Hingga akhirnya, tugas belajar TK saya usai. saya kembali ke kehidupan awal. Kembali ke kampung halaman. Ibupun melahirnya adik kembarku. Namun sayangnya, sampai saat ini saya tidak pernah berucap demikian pada Ibu.
Saya melajutnya bangku sekolah saya di SD Kampung Ibu. Kampung yang sangat tertinggal. Kampung yang jauh dari hingar bingar kota. Kampung yang untuk menjangkaunya harus melalui jalan-jalan rusak berbatu. Naik turun. Kampung yang satu kampung hanya satu sekolah SD. Kampung yang 80% dari generasi mudanya hanya menamatkan SD kemudian merantau ke kota untuk menjadi pembantu rumah tangga. Kampung halaman tempat saya dilahirkan. Kampung halaman tempat saya belajar membaca, menulis, dan berbagi disebuah rumah kayu yang jauh dari pusat kampung. Yah, rumah Kakek dan Nenek saya tercinta. Satja Winata dan Anah Winata. Mereka malaikatku, ragaku, jiwa yang terbagi dalam 3 raga, kesatuan hati yang tidak akan pernah terganti. Kakekku adalah pejuang Veteran 45 yang super tampan, keren, hebat. Sementara Nenekku adalah Seorang Ibu Rumah tangga biasa, yang hebat dan berbakti sepenuh hati kepada pemimpin rumahnya, Kakekku.

Sejak adik kembar saya lahir ibu sungguh sibuk. Selalu bolak balik Jakarta-Lebak. Saya kembali tinggal seperti dahulu kala bersama 2 malaikatku, seperti sebelum aku pindah ke Jakarta. Walaupun hanya satu tahun aku di Jakarta tetapi aku belajar banyak disana. Kembali tinggal bersama dua orang hebat dalam hidup saya adalah karunia besar. Karena hanya ada satu sekolah SD maka kakek saya pun mendaftarkan kesana. Saya masih ingat betul, beliau yang sudah tua tetap bela-belain ke sekolah untuk mendaftarkan saya sekolah. Demi apapun dalam hidup, saya mencintai mereka..

Setelah keseringan bolak-balik Jakarta-Lebak akhirnya Ibu memutuskan untuk membangun rumah dikampung. Rumah ibu letaknya ditengah kampung dengan tujuan agar mudah jika ingin berusaha atau berdagang. Berbeda dengan kakek dan nenek saya yang memilih suasana sunyi dari kejauhan kampung. Klo saya udah pengen banget nonton ‘Brama Kumbara’ di rumah orang tanpa listrik pula, hanya dengan fasilitas aki dan tv-nya pun renyek-renyek penuh ‘semut’ setelah mengaji, obor biasanya sudah mati klo sudah malam. Akhirnya Nenek saya berinisiatif meminta tolong kepada pemuda yang ronda untuk mengantarkan saya pulang. Karena sangat gelap. Kami tidak punya tv dirumah. Selain kedua orang yang saya cintai ini sudah sepuh dan mereka tidak membutuhkannya. Namun, walapun saya selalu ketinggalan ngomongin tuyul dan mbakyul disekolah ataupun jin dan juntetapi saya masih bersyukur karena masih diizinkan untuk menonton ‘Brama Kumbara’ setiap satu minggu sekali.

Tepat kelas 3 SD Ibu resmi mengisi rumahnya sendiri. Bapak tiri saya sendiri masih bekerja di Jakarta dan pulang sebulan sekali ke kampung. Saya akhirnya diminta Ibu untuk tinggal bersama Ibu dan Adik saya yang perempuan dirumah. Adik saya saat itu berusia 3 tahun. Tentu saja banyak hal yang berubah setelah adanya adik. Tapi saya sama sekali tidak ingin bercerita mengenai itu.. :(

Kakek dan Nenek saya tentu saja mengijinkan saya untuk tinggal bersama Ibu. Selain karena dirumah ada tv, vcd, dan sega (games zaman dulu yang famous banget) juga karena rumah kami yang ditengah-tengah kampung, bukan diujung kampung yang jauh dari mana-mana. Saat saya kelas 3 dikampung kami sudah dipasangi listrik tepat saat saya kelas 2 SD. Sebagai anak-anak saya butuh hiburan menurut kakek dan nenek saya. Saya boleh menginap dirumah nenek kapanpun saya mau.

Suatu hari entahlah ada tayangn di tv yang mengingatkan saya jauh kepada keinginan mungil saya. Yah keinginan saya untuk merayakan ulangtahun saya yang selalu saja tidak kesampean. Saya bingung bagaimana bisa saya merayakan ulangtahun dengan semua kondisi dan keadaan keluarga?  Saya tidak pernah menyampaikan keinginan inipula kepada Ibu.

Sejak ibu punya rumah sendiri, Ibu punya warung yang cukup besar dan ramai karena letaknya ditengah kampung. Aku sesekali menunggu warung sambil belajar. Kami memiliki seorang bukan pembantu tetapi seorang yang selalu membantu kerempongan ibu dengan warungnya dan juga tinggal bersama kami dirumah. Saya sendiri layaknya anak-anak kecil lainnya, sekolah, bermain, belajar (klo lagi ada ulangan dan ada buku atau majalah baru pemberian Reza – teman kecil saya Ibunya Reza sahabat lama ibu, entah dimana dia sekarang?), mengaji, dan lainya. Saya paling suka bermain boneka kertas dan barbie. Tapi sejak kelas 3 itu, dan sejak keinginan saya untuk berulangtahun semakin besar. Akhirnya saya berbicara secara ‘dewasa’ pada Ibu. Bukan berbicara bagai anak manja yang merengek meminta ulangtahun. Tetapi berbicara padanya bahwa saya ingin memiliki uang sendiri. Ingin mampu membeli buku, sepatu, dan seragam sekolah bukan hanya dari uang menabung hasil persenanlebaran dan tamu ke rumah kakek juga tambahan dari Ibu jika kurang. Bukan pula sisa uang jajan yang kala kelas 3 uang jajan saya Rp 300,- (Tiga Ratus Rupiah) sehari, namun saya selalu bisa menyisihkan seratus rupiah perhari demi meringankan beban Ibu agar tidak terlalu berat.

Obrolan ‘dewasa’ itu berawal dari kulkas. Yah karena dikampung kami sudah ada listrik, dan sudah ada satu orang yang punya kulkas, semuanya freezer. Namanya Teh Ida, dia orang terkaya dikampung kami kala itu. Suaminya supir mobil kontainer di Tanjung Priuk. Tapi teh Ida kurang kreatif cuma bikinnya es batu doang. Akhirnya saya minta Ibu buat beli kulkas. “Bu, klo bapak gajian gimana klo Ibu minta beli kulkas ajah, klo kurang tambahin dari uang arisan aku Bu..” (padahal uang arisan juga dapetnya cuma sepuluh ribu). Ibu mengiyahkan dan akan berbicara pada Bapak klo bapak pulang bulan depan. Dengan alasan, klo Ibu punya kulkas warungnya bisa makin rame bu, padahal sebenernya klo ibu punya kulkas kita bisa bikin macam-macam es mambo aneka rasa kayak di Jakarta terus aku bisa dagang disekolah, dan bisa dapet uang tambahan. Singkatnya Kulkas itupun dibeli. Tapi sayang, ada pertimbangan lain, ibu tidak membeli kulkas freezer seperti teh Ida, tetapi membeli kulkas keluarga, katanya sih biar bisa naro apa-apa juga.

Setelah kami punya kulkas barulah aku mengutaran keinginanku untuk berjualan es ke sekolah. Tentu saja ibu mengijinkan. Kemudian, ibu membeli 4 termos es. Aku satu dan 3 untuk teman-temanku yang lebih tua untuk bisa berjualan juga kesekolah. Itu artinya ibu punya anak buah 4 termasuk aku anaknya sendiri. Tapi kami profesional. Ibu memberikan 10% omzet yang kami dapat setiap harinya. Dengan ditambah 2 es mambo untuk setiap orang ditermosnya jatah. Jika es ada yang tidak terjual. Bisa dikembalikan tanpa ada yang berkurang. Jika es ada yang mencuri saat kami belajar dikelas, itu bukan resiko kami. Melainkan itu rezeki si maling namun caranya yang tidak baik. Ibu sangat bijaksana. Akhirnya aku bisa punya ‘uang’. Biasanya sehari aku hanya membawa 25 es mambo beragam rasa, ada rasa kacang hijau, buah-buahan (tergantung musim), es teh atau yang kami sebut es kebo karena packaging-nya gendut seperti kebo. Berarti dalam termosku ada 27 es, 2 jatah dan 25 jualan. Klo laku semua mendapatkan Rp 2.500,- harga es saat itu hanya seratus perak. Klo laku semua lagi berarti penghasilanku sehari hanyalah 250 perak. Alhamdulillah, walaupun harus aku tabung berapa tahun agar aku bisa ulangtahun?

Aku masih berpikir bagaimana caranya merayakan ulangtahun dengan penghasilan hanya 250 perak perhari? Tapi aku mau ulangtahun? Bagaimana ini? Klo aku jualan jajanan warungan juga kesekolah dan es, itu tidak mungkin disekolah sudah ada yang jualan jajanan warungan, saya tidak mau mematikan usaha oranglain. Kemudian dari pengalaman tinggalku yang hanya satu tahun di Jakarta aku berpikir lebih kreatif. Dan alhamdulillahnya Ibuku ini sungguh hebat, bisa ajah bikin yang ada diotakku. Aku minta ibu membuat kripik pisang dan singkong. Yah ganti2 ajah, kadang singkong, kadangn pisang. Kebetulan kami memiliki sekitar 3000m2 kebun pemberian kakek dan nenek saya rata kepada 8 anak-anaknya. Ibu mendapatkannya dan kami tanami singkong dan pisang. Untuk jualan keripik ini ibu hanya percaya padaku. Karena bukan nepotisme, dari semua karyawannya ibu, omset saya selalu paling tinggi juga jarang sekali ada yang mencuri termos saya. Jadilah saya jualan es dan keripik ke sekolah tiap harinya. Lumayan, omset keripik bisa 4000 sendiri sehari. Belum lagi ada jatah keripik juga dari Ibu. Tapi sayangnya, Ibu menjadi sibuk dirumah.Sayapun begitu. Jam main saya tentu saja berkurang. Saya hanya main dikala sore hari, main gobak sodor atau galaksi, atau taplak dan sesekali malam dikala purnama ditengah lapangan bersama anak-anak. Namun, waktu saya setelah sekolah lelbih banyak dirumah, bantuin Ibu. Untungnya juga ada teh Maah, yang bantuin keluarga kami. Tugas saya tentu saja membungkus dan mengikat es, dan juga membungkus kripik. Sepulang sekolah keripik balado biasanya sudah siap package, teh Maah dan ibu yang membuatnya. Setiap hari seperti itu kecuali hari minggu karena sekolah libur. Saya lebih banyak menghabiskan waktu dirumah. Kadang-kadang anak-anak dikampung banyak yang bermain membantu kami, awalnya sekedar ikutan menonton tv. Tayangan paling bikin rumah rame itu klo udah Sinetron Tersanjung dan Tersayang. Wiih rumah udah kayak bioskop. Tapi saya suka, karena ada juga yang suka bantuin ngiket es atau bungkusin keripik. Alhamdulillah dari hasil dagang disekolah tidak kami ambil kami menimbunnya di Ibu. Tapi kapanpun kami mau ambil ibu akan dengan senang hati memberikannya kepada kami.

Arggh, begitulah hidup masa kecil saya. Tampaknya sangat berbeda dengan readers sekalian yah? Tapi usaha saya untuk ulangtahun tidak berhenti sampai disitu. MasyaAllah ulangtahun mahal yah? Penghasilan saya masih suka kepotong untuk beli buku baru, seragam sekolah, sepatu baru dan lain-lainnya kala kenaikan kelas. Semenjak kelas 3 saya tidak pernah meminta se-sen-pun pada ibu untuk keperluan sekolah sekolah saya. Selalu mengambil dari tabungan hasil keringat saya. Sampai kelas 4 dan 5-pun saya masih belum bisa ulangtahun. Namun, penghasilan saya sudah lumayan uangtahungan juga lumayan. Karena seiring berjalannya waktu, ada beberapa orang dikampung yang punya kulkas juga dan jualan es. Weits, kami punya kompetitor. Tapi saya tidak mau kalah, kami selalu membuat es mambo dengan aneka rasa yang baru, yang bikin pembeli tidak bosan dengan menu kami. Aku dan Ibu selalu meracik dan memcoba eksperimen-eksperimen es mambo baru. Sampe suatu hari akhirnya aku bosan dan aku mulai mecoba jualan agar-agar.Haha,ini namanya nyontek alias ATM (amati, tiru, modifikasi) dari abang-abang agar-agar yang aku temui di Jakarta dahulu. Bedanya, agar-agar kami tidak plain seperti abang-abang. Tapi lagi-lagi aneka rasa. Argg, aku semakin sibuk dan remphong dengan usaha-usahaku mencari segenggam rupiah untuk ulangtahun. Kesekolah selalu rempong, tapi untungnya masih bisa. Aku jadinya berjualan es mambo ditermos, agar-agar juga ditermos bersama es mambo (tahu kan readers, termosku paling besar dari yang lain, tinggi. Tapi akunya super kecil), sementara kripik baladoku diplastik tas. Dan tas sekolahku aku gemblok. Kira-kira begitulah keremponganku setiap hari kesekolah.

Walaupun aku sibuk dirumah tetapi aku tidak pernah lupa belajar. Belajar kala itu adalah kebutuhan, dan menjadi juara kelas (Juara satu, karena bagiku saat itu tidak ada yang namanya juara 2,3 apalagi 4) yang namanya juara kelas yah juara 1. Sekolah kami masih sangat tertinggal. Pelajaranya tidak sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan kementrian pendidikan nasional. Melainkan sebisanya guru kami. Jadi tidak sulit bagiku untuk menyelami isi kepala guru-guruku. Kala itu Allah SWT memberikan aku otak yang pintar, diajarin apa ajah cepat nanggap. Sehingga, hingga lulus SD aku selalu Juara 1 dan sebagai lulusan SD terbaik sekolah kami. Ahh, masa sekolah.. Sungguh indah, aku ingin menceritakannya sendiri diluar impian ulangtahunku yang mungil ini..

Kenapa uang tabunganku tidak pernah cukup untuk berulangtahun? Apa karena diawal tahun ajaran aku selalu memakainya untuk beli alat-alat sekolah? Atau karena aku yang masih suka jajan dan beli jepitan rambut? Tidak! Aku mau ulangtahun titik! Ini sudah kelas 5. Kapan aku bisa ulangtahun coba? Aku sudah jualan 3 dagangan kesekolah. Baiklah, aku akan usaha tambahan lagi. Setiap hari minggu ibu biasanya ke pasar. Entah itu belanja warungan, bahan2 buat es, agar-agar, dan kripik kami. Juga buat belanja kebutuhan keluarga kami. Saat itulah, diminggu pagi aku bebas tugas. Aku bisa nonton RCTI dari Chibi Maruko Chan sampe Kampak 212 disianghari. Gak terusik didepan tv. Tapi mulai saat ini aku kurangi tontonanku. Dirumah ada mesin jahit ibu, terkadang sesekali Ibu yang pernah mengenyam SMK Menjahit menerima jahitan dari orang-orang. Ini dia saat yang tepat untuk ‘bandel’ tanpa izin dari ibu aku belajar menjahit. Aku yang kecil harus menggunakan mesin jahit tentusaja dengan berdiri. Beberapa minggu bisa juga aku menjahit. Namun sayang, Ibu kemudian tahu kebandelanku karena mematahkan jarum mesin. Oh my goodness, she was not angry to me.. Aku kemudian mengganti jarum jahit ibu dan menitip untuk aku pakai kalau-kalau patah lagi. Ibu kemudian mengizinkan aku memakai mesin jahitnya tapi hanya kalau Ibu ke pasar saja dihari minggu. Aku senang. Aku bisa memproduksi banyak baju barbie dan menjadikan barbie-barbieku sebagai model karena anak-anak seusiaku dikampung mana ada yang bisa menjahit pakai mesin jahit pula? Ini aku manfaatkan untuk membuat baju barbie dari kain-kain perca sisa-sisa ibu menjahit. Lumayan.. Keuntungannya.. Semoga bisa buat ulangtahun..

Kini aku kelas 5 SD, uang jajanku sudah 500 Rupiah. Sekolah gratis karena beasiswa juara kelas. Tapireaders, again and again.. Uang tabunganya belum juga menyentuh angka 500 ribu. Aku pernah iseng bertanya pada Ibu, kira-kira klo ulangtahun itu butuh biaya berapa? Yah sekitar 300-500ribu. God, gimana ini? Jualan es, jualan kripik, jualan agar, jualan baju barbie yang aku design dan jahit sendiri, dan sisa uang jajan sehari-hari yang aku simpan semuanya tidak bisa mencapai 500rb. Aku harus bagaimana? Aku mau ulangtahun.. Aku menangis dikamar setelah solat.. Untung ibu tidak ada, aku tidak mau menyusahkannya lagi. Akhirnya hobiku mengokelsi jepitan rambut dan memakainya ke sekolah menjadi perhatian beberapa teman-teman. Kala itu aku punya semangkok besar jepitan rambut. Setiap ibu kepasar aku pasti menitip jepitan rambut dan siap dipotong uang gajiku. Dan tentu saja teman-teman dikampung ingin jepitan seperti aku yang selalu ganti-ganti, dan mulailah berjualan jepitan setiap minggu. Aku menitip pada ibu, kemudian aku jual lagi dikampung. Lumayan.. Tapi akhirnya aku tidak pernah punya ide-ide bagus lagi, penghasilanku sudah lumayan sekali. Hanya tinggal menunggu waktu saja menjalani yang ada dan aku pasti akan ulangtahun. Aamiin..

Aku kelas 5 itu artinya Adikku berusia 5 tahun. Entah ada angin apa Ibu yang memang kadang-kadang suka bolak balik ke Jakartapun kali ini ke Jakarta beberapa hari. Dan.. Pulang dengan bawaan yang sangat banyak. Tahunkan readers itu apah? Perlengkapan Ulangtahun? Keren! Buat adikku..

Aku tidak banyak berkata-kata, tidak juga menangis. Toh, aku juga tidak pernah mengutarakan keinginan kecilku ini pada Ibu. Pastinya Ibu tidak tahu kalau selama bertahun-tahun ini aku bekerja keras demi ulangtahun. Yah adikku akan berulangtahun, rasa iri menyelimuti sangat dalam kala itu. Aku tidak bisa berbohong, ada luka disana. Ada iri disana. Ada keinginan untuk merayakan ulangtahun bersama adikku, toh kami hanya beda 15 hari. Tapi siapalah aku? Aku hanyalah anak tiri yang tidak punya power apapun dirumah ini? Sudah bisa bersama Ibu saja, sudah bersyukur pada Sang Gusti Allah. Aku kemudian kabur kerumah Nenekku. Menginap.  Aku tidak kuat, bukan aku tidak bahagia? Bukan.. Sama sekali bukan. Karena aku hanyalah anak kecil, aku hanyalah anak kecil yang memiliki mimpi untuk berulangtahun. Namun, Allah belum memberikan kebahagiaan yang satu itu kepada aku. Aku yang selama ini bekerja keras untuk bisa ulangtahun. Tapi adikku yang ulangtahun. Aku menangis dipangkuan nenekku tanpa alasan, aku sedih. Hingga akhirnya, aku tak kuasa untuk tidak bercerita kepada kakek dan nenekku. Yah mereka adalah dua orang yang paling dekat denganku, yang paling mengerti aku.. (Meskipun kini telah tiada, keduanya selalu menjadi motivasi terbesarku dalam hidup).. Aku sudah tidak tahan. Akhirnya, kakekku mengelus rambutku, nenekku memberikan segelas susu putih kesukaanku. Lalu aku tertidur lelap dipelukan mereka. Sampai esoknya ibu menyusul karena  tidak mengerti kenapa aku menginap tanpa alasan? Dan tidak ada ngambek2an. Nenekku sepertinya menjelaskan masalahku pada Ibu.Lalu ibu memberi pengertian padaku, bahwa tahun ini Adikku dulu yang ulangtahun. Ini amanah bapak dari Jakarta. Lalu tahun depan jika ada rezeki aku akan berulangtahun. YaAllah..

Aku berlapang dada. Berbahagia melihat adikku berulangtahun, memakai baju lucu berwarna pink. Bergelimangan balon yang aku tiup. Dan segala pernak-pernik ulangtahun yang dibeli di Jakarta. Membuka kadopun sama adiiku masih kecil.Ada beberapa kado yang Ibu kasih padaku, mungkin untuk menghiburku.. Sudahlah.. Cuma mau ulangtahun hanya impian panjang hidupku saja..

Aku kelas 6, keluarga kami pindah. Aku kembali bersama Kakek dan Nenekku hingga lulus SD. Tapi SMP ibu mengajakku bersekolah di  Teluk Naga. Singkatnya banyak sekali masalah keluarga yang menimpa kami. Ibu sakit, aku berenti sekolah SMP dari SMP 242 Teluk Naga dan kembali ke kampung.  Aku berenti sekolah.. :(

Singkatnya aku diserahkan pada keluarga ayah kandungku di Tangerang. Tinggal bersama kaka sepupu anaknya Bu’de.. Argh.. Aku tidak akan pernah bisa berulangtahun.. Sudahlah, sudah bisa hidup dan sekolah saja sudah cukup dan alhamdulillah..

Sampai suatu hari, Yah aku berulang tahun yang ke 17.. Orang-orang bilang sweet seventen. Aku ingat betul, saat itu aku kelas 2 SMA. Tidak ada satupun yang ingat ulangtahunku. Sampai saat itu sedang rapat KIR, aku mencoret2 menulis-nulis dibinder aku ada celah tak tertahan dimata. Aku keluar ruangan. Tiba-tiba Norma teman KIR saya melihat aku dan berkata, “Eh Fikriyah, ini kah hari ulangtahun lo.. Kita Cuma beda 2 hari. Lo duluan.. Selamat Ulangtahun yaaa..”  Aku hanya tersenyum sambil menghapus isak yang tertahan. Entahlah..Ya Rabb, aku ingin ulangtahun! Impian bodoh itu datang lagi.. Namun, aku tahu diri, aku tidak bisa ulangtahun! Apalagi setelah masuk PISMAN aku tahu klo dalam islam itu tidak ada ulangtahun. Sungguh impian bodoh. Tapi aku menghargainya.

SMA-pun berlalu. Hingga aku memarkirkan beberapa tahun hidupku di UI. Yah.. Disini aku mulai banyak belajar, menemukan arti ‘hidup’ yang jauh lebih keras daripada sekedar berdagang disekolah SD dahulu. Tapi aku mau kuliah! Aku mau memperbaiki semuanya. Aku harus kaya agar aku bisa ulangtahun! Titik!

Dibangku kuliah, alhamdulillah pintu rezeki lebih terbuka. Walaupun dengan susah payah agar bisa menyambung hidup. Gali lobang tutup lobang dengan mengajar ngajar privat dari rumah ke rumah dan ikutan project-project penelitian dosen. Alhamdulillah, kebutuhan hidup, kuliah, kosan, makan, gaya-gayaan ala anak muda kere, backpacking, dan hobby-hobby yang lain bisa dilakuin, neraktir klo lagi ada, sedekah, menabung, dan klo lagi banyak kasih ke Ibu dan sodara. Walaupun awalnya untuk bisasettle di Depok ajah harus minjem sana sini dan susah payah. Tanpa merengek sama orangtua. Masa depan saya, yah masa depan saya. Orangtua tidak harus sulit hanya karena impian2 saya. Mereka akan senantiasa membantu dan mendoakan. Tapi bukan untuk disusahkan. Sekian!

Dengan genggaman rupiah dari keringat sendiri dan beberapa rupiah bantuan beasiswa. Alhamdulillah hidup menjadi lebih baik sebelum lulus dan bisa bekerja sebenarnya atau menciptakan usaha sendiri. Minimal impian untuk bisa berulangtahun tetap menyala. Akhirnya saya punya kesimpulan. Bertahun tahun saya bermimpi untuk bisa ulangtahun tapi tidak kunjung kesampaean. Akhirnya, saya ingat omonganya Kakek saya tercinta, “Kalau kamu menginginkan sesuatu, makan berikanlah sesuatu itu kepada oranglain...” akhirnya dengan ada rezeki dan kesempatan saya berusaha meberikan surprise-surprise kecil kepada teman-teman dan Ibu kala mereka ulangtahun. Perfect birthday party dalam impian kecil saya yang udah ketunda sekian lama sudah bukan lagi balon-balon, lucu-lucuan topi aneka kartun, kartu undangan, dll. Tapi cukup cake dan lilin ajah. Sumpah sumpah. Tapi tak kunjung menghampiri jemari saya. Walaupun begitu Mila pernah memberikan saya kartu ucapan yang masih saya simpan hingga kini. Saya senang.. :)

Sampai akhirnya 2009, seorang pria menghargai ulangtahun saya dengan surprise. Bukan cake dan candle tapi sebuah kado spesial. Itu pertama kalinya ada orang yang benar-benar membuat saya merasa klo saya masih berkesempatan untuk bisa ulangtahun suatu saat nanti. Namun, impian itu lagi2 ulangtahun. Bukan kado! Haha.. Bapuk abis gw.. :p
Sampai akhirnya, Allah benar-benar memberikan waktu itu untuk saya. Waktu untuk bisa mewujudkan impian kecil saya. Setelah ‘bersedekah’ beberapa cake kecil. Akhirnya.. 2010 di usia saya yang ke-22 saya baru benar-benar merasa ulangtahun. Indah sekali rasanya. Bahagia.

Readers, tahukan. Saat itu saya sedang berada di Vietnam bersama teman-teman JAYSES Indonesia sebagai delegasi Japan Asia Young Scientist and Engineer Study Visit 2010 di Hanoi dan Ho Chi Mich City. Teman saya sebelumnya meledek klo saya akan berulangtahun di luar negeri dan bertanya mau kado apa? Saya Cuma jawab “Teddy bear warna Pink”.. Tanpa berharap teman saya akan memberikannya atau tidak? Hanya dia pasti bingung karena sejak kapan saya suka boneka? Dan ternyata 2010 emang tahunnya ulangtahun saya. Saat berkemas untuk moved dari Hanoi ke HCMC tiba-tiba Visky, Fia, Tridan, Yosay, Dea, Agra, Ifan, Fajar memberikan saya surprise tepat jam 12 malam sambil membawa es krim yang saya suka sekali. Thanks JAYSES 2010..:)) Lalu sepulangnya dari Vietnam teman saya benar-benar memberikan saya kado berisi boneka teddy bear pink dan satu buah kado lainnya yang pasti saya suka dan unyu sekali. BIG Thanks kepada teman saya. Selang beberapa hari sampai di Depok.. Ohh.. The Labilers yang emang udah niat pengen saya traktir buka bersama dan traktiran ultah ternyata punya surprise buat saya. Kami yang moved dari WS ke Christina lama sekali menunggu Adhul. Ternyata Fiza, Adhul, Alfi, Ijo, Wahyu, dan Ika (yang kala itu di Jepara) sudah menyiapkan surprise buat saya. Yes.. CAKE and CANDLE..Finally!  Asli ini baru namanya impian berpuluh2 tahun (halah lebay) yang sempat tertunda bener-bener menjadi kenyataan. Alhamdulillah.. Ini adalah pertama kalinya saya benar-benar merasa kalau saya ulangtahun.. Cake-nya gede asli ada lilin angka 22.. Yah Allah terima kasih. Walaupun saya menunggu bertahun-tahun tapi impian mungil ingin berulangtahun itu benar-benar terwujud. Terima kasih yah teman-teman.. Love u always and forever! Belum lagi ada beberapa kado yang saya terima Oh yeah sampe lupa, ada yang mengirim saya puisi yang bagus sekali, kasih saya cokelat, dan Fiza juga kasih saya 2 buku bagus. Keren! Pokoknya semuanya sempurna. Alhamdulillah ya Rabb..

My 22 Birthday Cake

Readres, mungkin bagi kalian sekalian. Semua itu sangatlah sederhana. Cuma ulangtahun ajah kok ampe segitunya. Tapi bagi saya, saya butuh waktu bertahun-tahun dan perjuangan panjang  untuk kemudian bisa mewujudkan impian mungil saya. Melalui tangan-tangan ajaib teman-teman saya tercinta.  Terima kasih ya Allah, terima kasih Ibu, keluarga semua, terima kasih teman-teman tercinta. Terima kasih karena telah membantu saya mewujudkan impian mungil saya. Love!

Depok, Rabu 14/Maret/2012
03.12 WIB
*F*W*

Comments

Popular posts from this blog

Operasi Sapu Lidi

Salah satu contoh operasi hitung sapu lidi Sumber gambar :  dayufunmath.wordpress.com Usiaku saat itu masih enam tahun. Hari itu Kakekku resmi mendaftarkan aku sekolah. Ku lihat lagi selembar ijazah yang dikampit oleh Kakekku. Ku perhatikan baik-baik. Ada fotoku dua bulan lalu. Lucu. "Itu apa Kek?" aku menunjuknya. "Ini ijazah sekolah Neng yang dulu di Jakarta. Buat daftar sekolah disini" kemudian Kakekku menjelaskan. Tidak satu orangpun diantara barisan pendaftaran sekolah itu yang membawa lembaran bernama ijazah sepertiku. Nampaknya cuma aku seorang. Senin diminggu pertama sekolah. Aku sangat gembira. Seragamku kini putih merah terpisah. Rok rempel jahitan Nenekku dan kemeja putih bekas sekolah Taman Kanak-Kanakku dulu di Jakarta masih terpakai dan layak. Meski seragamku bekas, tetap terlihat paling bercahaya. Entah? Rasa-rasanya semua anak disini seragamnya tidak disetrika, apalagi mengkilat seperti seragamku. Sejak Ibuk

We were the IELSP Cohort 8 - Iowa State...

Okay, now let me show my IELSP Cohort 8 - Iowa State family.. I lived with them for 2 months during exchange program, obviously we never knew each other before IELSP. We came from the differences of provinces in Indonesia, from Sabang to Merauke, then we made friends, love, and togetherness.. I love u guys, thanks for filled in my heart for 2 months in Iowa.. Hoped can meet you again in the other occasion.. :D She is Sari Ayu Maghdalena, also known Alien. She was my roommate.  She was biology student at her university. Came from Medan, North Sumatera. Alien was like my daughter. She could not cook, I felt really pity of her when she was hungry. Haha. Then, I always cooked for us then we eating together. I loved to make dinner meals for us, for breakfast we were such 'anak kosan' it was expensive time to take breakfast. We slept over then woke up late. Haha, never 'mandi pagi' as well because of the weather was so COLD just "kucek-kucek' mata, make up, and wen

Japan! I promised u that I would be back!

Tokyo, 25 April 2011 Sekitar pukul 05.00 waktu setempat (Bandara Narita Tokyo) kami landing dari Minneapolis. Kebetulan saat itu rombongan IELSP Cohort 8 Iowa State University sudah tidak ditemani oleh pihak IIEF. Ali Ibrahim sebagai ketua rombongan dan saya sebagai wakil ketua rombongan. Sebagai orang yang sedikit mengerti dunia pesawatan saya mengambil peran lebih banyak saat kepulangan rombongan. Khususnya hari itu.. Delta Airlines (Pesawat kami) terkena petir Setelah mengantri di Security Check Bandara Narita saya segera mengalihkan teman2 untuk menuju Gate kami. Saat itu masih tidak banyak orang, kami berlari 'hurry' karena waktu transit tidak lama dan FYI : security check bandara narita 'agak' remphong, ribet, dan antrinya panjang, maklum Narita adalah salah satu bandara sibuk di Dunia. Setelah menunggu tiba2 ada pengumuman kalau pesawat kami akan delayed selama 30menit. Its okay , itu biasa. Kita tidak pernah tahu apah yang terjadi diudara. Tiba2, delayed