Skip to main content

Aroma Salju Yang Menusuk (Cerita dari U.S#2)

Sore ini tiba-tiba hujan, aah sudah lama ternyata saya tidak berpemilikan payung. Berlari kecil menuju halte Kukel demi menunaikan tugas mengajar private siswa India saya, profesionalitas lambat laun mengajarkan saya banyak hal (meskipun masih tahap belajar) terkadang berhadapan dengan foreigners membuat saya sedikit lebih disiplin khususnya dengan waktu.

Rintihan gerimis itu seperti malu-malu menetes satu demi satu, saya semakin kuat berlari karena beresiko kuyup mendera. Setelah akhirnya mendapatkan bikun dengan cepat menuju Gerbatama. Namun sayangnya debora jurusan Lebak Bulus tak kunjung menepi. Saya buka satu buku penting yg sedang saya baca akhir2 ini, buku yang intinya bercerita kisah hidup seorang wartawan indonesia yang bekerja di BBC London, bekerja di London namun hidup di New York karena mantan pacarnya dan dua anaknya tinggal di New York, mantan pacarnya mengais ilmu di salah satu universitas kenamaan di NY untuk program doktoral disponsori fulbright. Buku ini tiba-tiba membawa saya mengingatkan saya pada hari-hari di Amerika beberapa bulan silam, terlebih sang penulispun pernah tinggal di Iowa state juga untuk program "International Writing Program" atas rekomendasi Bapak Taufik Ismail tentunya.

Tanah Depok sedikit basah sore ini, meski hujan yg mengguyur tidak besar namun tetesan airnya tetap saja mampu terinfiltrasi ketanah. Sebagai re-charge area Depok termasuk kurang hujanya untuk tahun ini. Pikiran saya tiba-tiba teringat pada Ames, yah Ames kota kecil di negara bagian Iowa yg menjadi cerita tersediri bagi mozaik kehidupan saya. Lagi-lagi saya bisa tinggal di Ames karena bantuan The U.S Dept. State untuk full scholarship IELSP Program.

Bagi saya pribadi, bisa melalui mozaik tinggal dinegeri Paman Sam adalah sebuah rezeki dari Allah, yah hadiah dariNya atas kesabaran melewati ujian-Nya selama ini, juga bantuan serta doa dari semua pihak terutama keluarga, sahabat, dan teman-teman saya hingga saya bisa bertahan hingga saat ini. Jadi bukan semata2 hanya karena kerja keras saya. #I'm totally nothing without them..

Kala itu musim salju. I would say that Iowa was crazy during winter season. It was heavy snowing. Kebetulan saya dan teman-teman dari Indonesia diberikan fasilitas tinggal di Apartemen bernama Schiletter Village. Sekali lagi Ames adalah kota kecil yang damai. Kota kecil dimana kita tidak akan menjumpai gedung-gedung bertingkat seperti Chicago. Ketenangan dan kedamaiannya mengarah pada satu kata "sepi". Hanya disekitar kampus saja yang masih terasa ramai oleh ribuan mahasiswa dari berbagai penjuru dunia.


 Ames yang sepi, semua daratan tertutupi salju yang putih di Februari 2011 silam :)


 Apartemen saya di Schilletter Village, Apartemen 8D, tempat tinggal bersama Sari Ayu Maghdalena selama kami di U.S

Winter awalnya mengasyikan, kami bermain salju bahkan ketawa-ketawa, main boneka salju, bahkan foto2 dibawah percikan salju. Namun itu hanya berlangsung dua hari pertama saja, selanjutnya semua dari kami mengeluhkannya.


 Awalnya HAPPY banged sama salju, sampe mainan salju dan ngerasain nyentuh salju untuk yang pertama kalinya..

Weather forecast dan CyMail adalah 2 website yang WAJIB dibuka ketika saya membuka mata dipagi hari. Agar tidak lupa coat jikalau suhu akan ekstreem disiang hari menjelang sore, apalagi malam. Suhunya benar-benar labil. Belum lagi, thunderstorm yang akan bertiup dimalam hari. Kami selalu sudah di Apartemen maksimal jam 8 malam, karena dinginnya malam Iowa yg sangat menusuk rusuk kami. Jujur sebagai manusia tropis saya butuh beberpa waktu untuk kemudian beradaptasi dengan kondisi Ames. Hidung saya masih suka berdarah dan bibir juga pecah-pecah, yang lucu ternyata sahabat saya yang kala itupun sedang berada di belahan bumi Eropa berbagi pengalaman yang sama meskipun 'salju uis turu di Ams' haha

Pagi itu hari sabtu, sebenernya ini jadwal saya skype-an. Sabtu pagi di Ames berarti malam minggu di Jakarta. Biasanya saya skyping dng teman saya, dan saya tidak mengikuti kegiatan yg dilakukan anak-anak yang lain di sabtu pagi seperti belanja kebutuhan mingguan diWallmart, Asian Market, Hypee, atau hanya sekedar berburu barang-barang second-hands lucu di Goodwill dan Miss. Mayer. Saya berpikir bahwa berinteraksi minimal seminggu sekali dng orang-orang ditanah air itu penting untuk mengusir rasa rindu akan rumah, dan agar selalu mendapatkan update-an info dr tanah air, walaupun pada kenyataannya kesibukan masih selalu mendera.

Saya dan Aliena (teman satu apatemen saya) sibuk memilih baju dan berdandan rapih. Sabtu ini akan ada acara yaitu International Party juga Salsa bersama. Beberapa orang anak menolak untuk ikut karena tidak terlalu penting sementara tugas kuliah bertubi-tubi minta dikerjakan. Tapi bagi saya dan Alin, ini penting untuk diikuti.haha, apalagi Riska dari apartemen sebelah sudah menghampiri kami. Sekitar 10 orang dari kami yg mengikuti acara tersebut.

Boats kulit warisan kaka tercinta hadiah dr temannya dari Korea masih menemani kaki saya menelusuri dinginnya salju. Namun kali ini, boats saya sudah tidak mampu lagi mendera salju yang memang hari itu parah sekali. Tebalnya lebih dari 50cm, hembusan angin musim dingin yang benar-benar tidak bersahabat. Hari itu beda dari kemarin-kemarin. Ini saljunya parah banget. Sampe-sampe kaos kaki sayapun basah, that means airnya tembus boats. Hikss


 HEAVY Snowing tidak mengalahakan niat kami untuk jalan..hahaha

Hari ini aroma salju benar-benar menusuk, Ames menjadi semakin sunyi. Schiliiter village area seolah tidak berpenghuni. Semuanya putih, benar-benar putih, pohon mapel (Maple) yg dauhnya memang sudah berguguran saat Autumn silam, hanya terlihat bak onggokan salju dalam beberapa meter. Begitupun sengan SUV dan rumah-rumah yang ditemui disekitar SUV persis seperti difilm-film natalan di itvi. Semuanya putih, semuanya seolah tenang dan damai. Tak ada hingar bingar apalagi letupan-letupan keramain dan kemarahan. Ames bagi saya memberikan kedamaian tersendiri kala itu. Walaupun kami (sudah) benci salju hari itu, tapi ketebalannya menyihir kami untuk tetap bermain bak anak-anak dibawah umur bermain pasir dipantai. Beberapa dari teman saya ada yg menuliskan nama pasangannya yg mereka tinggal diIndonesia untuk beberapa waktu di U.S, ada juga yg menuliskan mimpi-mimpinya,terutama niatnya untuk kembali ke Amerika suatu saat nanti entah itu untuk master program, fellowship program, scholarship visit, short course, ataupun mengadu nasib menjadi TKI. Saya sendiri menjadi bingung harus menulis apa? Apalagi siapa? Rasa-rasanya umur saya yg sudah 22tahun kala itu saya belum pernah mengenyam status in a relationship sekalipun,jd jangankan mantan pacar,pacarpun tak punya..#ngenes. Meskipun sampai saat ini masih begitu. Well, lupakan, tetapi saya juga tidak ingin kehilangan moment-moment menuliskan nama-nama orang yang saya sayang dan berfoto dengan tulisan-tulisan itu. Tentu saja saya hanya mampu menuliskan nama keluarga, sahabat, dan teman2 saya. Orang-orang yang selama ini tidak pernah lelah dan mengeluh berada bersama saya, meski bagaimanapun kondisi saya. #Terima kasih-terima kasih :)

Hari ini tiba-tiba saya teringat bahwa hanya karena impian saya ingin menyentuh salju (ini sungguh impian yg sederhana,tetapi bisa membawa saya ke U.S yg saya tahu jika harus menggunakan biaya sendiri entah harus menabung berapa tahun? Mimpi terus dan terus mendorong seseorang untuk mengalahkan 'batas' kemampuannya, limit pemikirannya, dan meningkatkan daya imajinasi seseorang. Teruslah bermimpi maka mimpi itu sendiri yg dengan sopan akan menghampirimu..
Salam pemimpi..


Commuter Line Depok-Bogor
Saturday, October 8,2011
Memulai untuk mengukir mimpi yg lain..

Comments

  1. ahh..kmu bikin kangen Ames lagi fik....btw buku yg ttg jurnalis new york itu apa judulnyaa??kyknya keren deh..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaah ka,sama aku juga kangen Ames..mangkanya aku tulis hhehe:) gmn udah beli bukunya ka?udah baca??bagus gak kaa???

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Operasi Sapu Lidi

Salah satu contoh operasi hitung sapu lidi Sumber gambar :  dayufunmath.wordpress.com Usiaku saat itu masih enam tahun. Hari itu Kakekku resmi mendaftarkan aku sekolah. Ku lihat lagi selembar ijazah yang dikampit oleh Kakekku. Ku perhatikan baik-baik. Ada fotoku dua bulan lalu. Lucu. "Itu apa Kek?" aku menunjuknya. "Ini ijazah sekolah Neng yang dulu di Jakarta. Buat daftar sekolah disini" kemudian Kakekku menjelaskan. Tidak satu orangpun diantara barisan pendaftaran sekolah itu yang membawa lembaran bernama ijazah sepertiku. Nampaknya cuma aku seorang. Senin diminggu pertama sekolah. Aku sangat gembira. Seragamku kini putih merah terpisah. Rok rempel jahitan Nenekku dan kemeja putih bekas sekolah Taman Kanak-Kanakku dulu di Jakarta masih terpakai dan layak. Meski seragamku bekas, tetap terlihat paling bercahaya. Entah? Rasa-rasanya semua anak disini seragamnya tidak disetrika, apalagi mengkilat seperti seragamku. Sejak Ibuk

We were the IELSP Cohort 8 - Iowa State...

Okay, now let me show my IELSP Cohort 8 - Iowa State family.. I lived with them for 2 months during exchange program, obviously we never knew each other before IELSP. We came from the differences of provinces in Indonesia, from Sabang to Merauke, then we made friends, love, and togetherness.. I love u guys, thanks for filled in my heart for 2 months in Iowa.. Hoped can meet you again in the other occasion.. :D She is Sari Ayu Maghdalena, also known Alien. She was my roommate.  She was biology student at her university. Came from Medan, North Sumatera. Alien was like my daughter. She could not cook, I felt really pity of her when she was hungry. Haha. Then, I always cooked for us then we eating together. I loved to make dinner meals for us, for breakfast we were such 'anak kosan' it was expensive time to take breakfast. We slept over then woke up late. Haha, never 'mandi pagi' as well because of the weather was so COLD just "kucek-kucek' mata, make up, and wen

Japan! I promised u that I would be back!

Tokyo, 25 April 2011 Sekitar pukul 05.00 waktu setempat (Bandara Narita Tokyo) kami landing dari Minneapolis. Kebetulan saat itu rombongan IELSP Cohort 8 Iowa State University sudah tidak ditemani oleh pihak IIEF. Ali Ibrahim sebagai ketua rombongan dan saya sebagai wakil ketua rombongan. Sebagai orang yang sedikit mengerti dunia pesawatan saya mengambil peran lebih banyak saat kepulangan rombongan. Khususnya hari itu.. Delta Airlines (Pesawat kami) terkena petir Setelah mengantri di Security Check Bandara Narita saya segera mengalihkan teman2 untuk menuju Gate kami. Saat itu masih tidak banyak orang, kami berlari 'hurry' karena waktu transit tidak lama dan FYI : security check bandara narita 'agak' remphong, ribet, dan antrinya panjang, maklum Narita adalah salah satu bandara sibuk di Dunia. Setelah menunggu tiba2 ada pengumuman kalau pesawat kami akan delayed selama 30menit. Its okay , itu biasa. Kita tidak pernah tahu apah yang terjadi diudara. Tiba2, delayed