Skip to main content

Gagal Itu Berharga dan Berhasil Itu Bonus

Membaca sebuah artikel mengingatkan saya pada kegagalan-kegagalan dan berbagai penolakan dalam 3 tahun terakhir ini, yang pada akhirnya membuat saya berada pada kalimat, gagal itu berharga dan berhasil itu adalah bonus.

2012 lulus kuliah (biasanya orang mencari tempat untuk merintis karir):

1. Apply dan kirim CV ke lebih dari 50 perusahaan, NGO, lembaga internasional, dari yang paling berkaitan dengan background S1 sampai yang sangat jauh. Dari yang paling teknis sampai yang paling administratif, bahkan sampai apply kerja di Kedutaan Myanmar untuk posisi office administration. Bukan karena frustasi, tetapi mencoba peruntungan dan mencari jodoh-karir. Well, yang memanggil untuk test dan interview dari sekian banyak hanya: IBM, Danone, UNIQLO, dan entah lupa namanya semacam perusahaan penyedia jasa fundraising untuk lembaga-lembaga sosial. IBM dan Danone gagal saat test tulis, UNIQLO sudah sampai wawancara akhir dengan Direksinya, beliau interview dalam bahasa jepang, bersama translator-nya. Diakhir interview dia cuma bilang, well Fikriyah saya tahu kamu pekerja keras dan kalaupun kamu kerja dikita kamu akan bagus, tapi saya sih sayang sama background dan kapasitas kamu. Kamu akan dapat tempat yang lebih baik yang berkaitan dengan background kamu dan keahlian kamu. Tiba-tiba tanpa diduga-duga mendapat panggilan psikotest dari Esri Indonesia, lulus psikotest, lanjut technical assessment, lulus juga lanjut interview, dan Alhamdulillah sampai saat ini sudah lebih dari 3 tahun saya di Esri Indonesia. Dan direktur UNIQLO itu benar, "kamu akan mendapatkan tempat yang sesuai dengan background kamu. Sayang sekali kalau kamu tidak memulai karir disana."

2. Saat memutuskan untuk melanjutkan sekolah master. Karena sudah berjanji pada Paman Sam akan kembali kesana untuk sekolah. Jadi memang tidak melirik negara lain, dan jujur hanya apply sekolah-sekolah disana. Meskipun banyak masukan untuk mencoba peruntungan apply ke negara lain. Tetapi karena saya tipe yang kalau mau itu ya "itu-dulu-sampe-titik-darah-penghabisan" jadi akhirnya meskipun tidak apply ke negara lain. Dan hasilnya ya 'berdarah-darah'.

Apply sekolah di U.S tahun 2014:
- Massachusetts Institute of Technology, MCP - Dept. of Urban Studies and Planning - DITOLAK, sok-sok-an sih pake apply MIT segala, tidak meraba diri. Tapi yaudah, udah berani coba apply ajah udah senang.
- Washington University, MA in Geography - DITOLAK, pake sok-sok-an lagi pengen dimentor sama Michael Goodchild (the Father of GIS)
- Boston University, MA in Geography - DITOLAK

Apply (lagi) sekolah di U.S tahun 2015:
- Boston University, MA in GIS and Environmental Remote Sensing - DITOLAK (lagi)
- Ohio University, MA in Geography - DITERIMA
- Ohio State University, MA in Geography - DITERIMA
- University of Illinois at Urbana-Champaign, M.S in Geographic Information Science (GISc) - DITERIMA
- Penn State University, M.S in Geography - DITOLAK

Itu tidak dengan cerita satu kampus sudah pernah ditolak oleh berapa Professor. Karena kebetulan jurusan dan program yang saya apply banyak yang mengharuskan mendapatkan professor sebagai mentor terlebih dahulu. Agak tidak lazim memang dengan admission program-program lainnya di U.S terutama ilmu sosial. Entahlah, tetapi jalannya begitu untuk saya.

Saya yang masih sangat newbie dengan urusan-urusan yang berkaitan dengan sekolah di U.S justru akhirnya bersyukur dengan banyaknya kegagalan karena kegagalan adalah pelajaran berharga dan keberhasilan hanyalah bonus dari kerja keras. Tapi saya selalu percaya, orang-orang yang pada akhirnya berada 'disuatu tempat' sebelumnya dia pasti melewati penolakan, kegagalan, dan ketidakpastian dari yang dia inginkan. Akan selalu ada tempat yang baik untuk orang-orang yang mau berusaha.

Saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada orang-orang yang selalu ada disetiap masa sulit, selalu ada disaat saya tidak bisa menghandle kesulitan itu sendiri, mensupport dan meyakinkan bahwa saya ditolak bukan karena saya buruk melainkan karena Allah Swt. sudah menyiapkan tempat yang baik yang membuat saya lebih bahagia, meyakinkan bahwa impian saya itu bukan ingin terbang ke Jupiter atau mau membelah lautan sehingga sangat possible untuk dicapai. Terimakasih, terimakasih, terimakasih semua :) 

Artikelnya: A Princeton professor has published a CV of his failures online, and people are freaking out about it

Comments

Popular posts from this blog

Operasi Sapu Lidi

Salah satu contoh operasi hitung sapu lidi Sumber gambar :  dayufunmath.wordpress.com Usiaku saat itu masih enam tahun. Hari itu Kakekku resmi mendaftarkan aku sekolah. Ku lihat lagi selembar ijazah yang dikampit oleh Kakekku. Ku perhatikan baik-baik. Ada fotoku dua bulan lalu. Lucu. "Itu apa Kek?" aku menunjuknya. "Ini ijazah sekolah Neng yang dulu di Jakarta. Buat daftar sekolah disini" kemudian Kakekku menjelaskan. Tidak satu orangpun diantara barisan pendaftaran sekolah itu yang membawa lembaran bernama ijazah sepertiku. Nampaknya cuma aku seorang. Senin diminggu pertama sekolah. Aku sangat gembira. Seragamku kini putih merah terpisah. Rok rempel jahitan Nenekku dan kemeja putih bekas sekolah Taman Kanak-Kanakku dulu di Jakarta masih terpakai dan layak. Meski seragamku bekas, tetap terlihat paling bercahaya. Entah? Rasa-rasanya semua anak disini seragamnya tidak disetrika, apalagi mengkilat seperti seragamku. Sejak Ibuk...

TE466 Self-branding Assignment: Fikriyah Winata

One day, my roommate told me: “Fik, you should take a rest. You have been working too long, take a break and don’t be too hard to yourself.”   I suddenly stop writing and calculating some math on GRE problem sets—at that time, I was preparing for my PhD application. Her thoughts about how hard I worked stopped me for seconds and gave me time to think and ask, “Have I been working too hard?”   I personally never think that I work ‘hard enough’, I always feel never enough in working. I always demand more to myself to improve my quality to be a better person. I take everything very seriously including something very small for others. To me, there is no unnecessary thing. Everything is important, and everything has its own value. And I will be taking every single work I have seriously, even it is only doing some dishes at my kitchen home.  My roommate’s perspective then made me really counted the duration I was studying, the number of problem sets I had solved, and how...

We were the IELSP Cohort 8 - Iowa State...

Okay, now let me show my IELSP Cohort 8 - Iowa State family.. I lived with them for 2 months during exchange program, obviously we never knew each other before IELSP. We came from the differences of provinces in Indonesia, from Sabang to Merauke, then we made friends, love, and togetherness.. I love u guys, thanks for filled in my heart for 2 months in Iowa.. Hoped can meet you again in the other occasion.. :D She is Sari Ayu Maghdalena, also known Alien. She was my roommate.  She was biology student at her university. Came from Medan, North Sumatera. Alien was like my daughter. She could not cook, I felt really pity of her when she was hungry. Haha. Then, I always cooked for us then we eating together. I loved to make dinner meals for us, for breakfast we were such 'anak kosan' it was expensive time to take breakfast. We slept over then woke up late. Haha, never 'mandi pagi' as well because of the weather was so COLD just "kucek-kucek' mata, make up, and wen...