Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2015

Mom and MIT

Last night, I tried to call my Mom for about 20 times, yet they always got failed. Her phone was either busy or could-not-be-reached-at the moment. The most obvious reason was signal, signal in my Mom’s place was terrible. However, previously I received a message from my Mom’s number and saying “Thank you so much for a new phone, I have received it as well as for other good stuffs. But, I cannot call you, there is no balance”. I was a bit wondering then finally she texted me. The fact was, Mom cannot text. She might ask someone to do it. This morning, she finally went to my uncle’s home which could reach a good signal to do phone-call. Yeaay! We talked a lot especially about the things that she just received from me. I was glad to always make her happy with my own way and capabilities. She was also curious with her new phone, somehow I just wanted to laugh because her new phone is just similar with the previous one. I bought the same phone to make she easily becomes familiar with...

Ini Tentang Rasa Syukur

Entah kenapa saat pulang kantor tadi, saat mengayuh motor saya tiba-tiba kepikiran untuk menuliskan mengenai rasa syukur. Sesuatu yang begitu mudah untuk dilakukan namun sebagian besar dari kita lebih memilih untuk sekedar melupakannya dan bahkan tidak peduli. Sebetulnya apa rasa syukur itu? Apakah sesuatu yang sakral sehingga kita membutuhkan persiapan diri yang matang untuk melakukannya atau sesuatu yang sangat mudah dilakukan dan tidak memakan banyak energi? Yah.. Rasa syukur adalah saat kita merasa bahagia dan berterima kasih atas apa yang diberikan Tuhan kepada kita. Apapun dan bagaimanapun itu bentuknya, jumlahnya, kualitasnya, tetapi kita ‘bawaannya’  happy terus dan ada sesuatu yang kadang tidak kita pahami, yang pasti kita merasa senang atas sesuatu yang diberikan-Nya. Rasa syukur tentu saja sangat jauh hubungannya dengan komplain, protes, apalagi mengeluh. Rasa syukur itu sangat sederhana, sesederhana saat kita tersenyum dan berkata dalam hati, “Terima kasih Allah..” ...

Karena kita tidak pernah seratus persen gagal

Beberapa minggu belakangan ini saya sangat menginginkan untuk duduk dibangku sebuah bus yang melaju sambil membaca buku-buku yang belum tuntas, dilengkapi dengan menatap sekitar, yaitu jalanan yang panjang. Dan hari ini saya telah memilikinya. Saya mulai membaca satu persatu halaman dan meresapi setiap nilai-nilai positif yang saya baca dan mengkaitkannya dengan kejadian-kejadian yang belakangan menimpa, baik menimpa diri saya, orang-orang disekitar saya maupun hal yang terjadi di lingkungan saya. Semua tidak pernah begitu saja terjadi. Tuhan selalu menawarkan dua hal, pertama tawaran untuk memberikan apa yang kita minta dan kedua menawarkan untuk menunda permintaan kita dan akan memberikannya ketika kita sudah pantas dengan apa yang kita minta. Sebagai manusia kita tidak pernah luput dari yang namanya permintaan dan doa. Karena kedua hal tersebut sebagai bukti betapa kita lemah dihadapan-Nya dan betapa kita menyadari bahwa ada kekuatan yang selalu membantu kita, kekuatan yang be...