Skip to main content

Kita (terkadang) menginginkan apa yang kita tidak miliki

Lho kenapa? Kenapa lebaran-lebaran gini kok judul note-nya melo? Bukankan kita seharusnya ceria-ceria, bersuka cita berkumpul bersama keluarga? Lho kenapa Fikriyah tiba-tiba menulis judul seperti itu?

To be honest, saya sedang melo dan sangat amat ingin makan opor ayam dengan ketupat atau uli bakar dengan semur daging! Keduanya adalah tradisi di rumah keluarga Tangerang dan Lebak (ditempat Ibu). Tetapi sayangnya, saya yang tegar inipun harus melo mendengar suara takbir berkumandan dan saya hanya di kosan. Tidak ada opor ayam, tidak ada ketupat, tidak ada uli bakar apalagi semur daging. Bisa saja sih semua itu saya masak sendiri, tapi akan menjadi sangat krik-krik kalau saya masak semuanya sendiri dan dimakan sendiri juga. Tapi saat ini saya menjadi paham bahwa saya menginginkan apa yang saya tidak miliki? Kenapa? Karena sehari-haripun saya yang tidak terlalu menyukai makanan bersantai tentu saja tergolong jarang makan opor ayam, ya klo gak pengen-pengen banget gak akan masak ataupun makan. Sementara uli bakar, proses pembuatannya yang terlalu lama dan kalau bukan Ibu yang buat saya mungkin tidak akan makan. Tapi intinya, saya dengan segala ketegaran saya mencoba memahami dan menghibur diri, "Ayo Fik, biasa ajah. Besok di Bandara bisa cari opor ayam! Ayo Fik, gak usah melo-melo-lah, itung-itung latihan. Kalau tahun depan sekolah, lebaran sendiri dinegeri orang lebih parah. Kamu harus bisa survive. Ah biasanya juga sendiri, make melo-melo segala!" Tapi kenyataannya saya berusaha sekali untuk mendapatkan opor ayam. Haha dari mulai memberi kode super keras kepada sahabat ring satu, posting di twitter (siapa tahu ada yang baca dan mention, "@fikriyahwinata, kerumah gue ajah besok pagi, nyokap masak opor ayam!" sampai ended up saya whatsApp kepada senior di kantor yang besok akan pergi bersama, yang intinya, klo ada sisa-sisa opor ayam bawa dong ke Bandara, dikit ajah. Aku hampa banget nih! Owalah... tetap usaha.

Tetapi saya pikir semua itu hanyalah ujian kecil bahkan sangat kecil bahwa kita sebagai manusia selalu saja merasa kurang. Selalu saja merasa ingin memliki apa yang kita tidak punyai, selalu saja melihat diri dari apa yang tidak bisa kita gapai. Saya sendiri meskipun selalu menerapkan rasa syukur yang begitu dalam disetiap apapun, pasti selalu saja ada godaan-godaan untuk menginginkan apa yang saya tidak miliki. Contohnya sangat simple, sekedar opor ayam. Opor ayam menjadi naik value-nya karena saat ini malam takbiran dan besok adalah hari lebaran, jika saja ini bukan malam takbiran maka saya tidak akan sedikitpun kepikiran opor ayam, bukan? Dimana dari tahun ke tahun itu adalah hal yang sangat biasa, jika lebaran. Tetapi kemudian saya menengok koper besar saya yang terbuka lebar, saya melihat lebaran tiket pesawat, hotel, agenda, dan lain-lain yang kemudian menyadarkan saya, bahwa kita tidak akan pernah bisa mengambil dua peran dalam satu scene. Kita tidak pernah melakukan dua adegan salam satu frame. Kita harus memilih, mau pilih peran yang mana? Mau ada dalam adegan seperti apa? Saya kemudian tertuju kepada sebuah stickynote bertulikan "UC" (User Conference), saya kemudian ingat bahwa saya menulis itu pada bulan Oktober tahun 2013, hampir dua tahun yang lalu. Saya kemudian mengingat betapa sudah lama sekali saya 'merengek' kepada Allah Swt untuk bisa menginjakan kaki ke Tanah Paman Sam (lagi). Saya kemudian mengingat bahwa akhir tahun lalu, saat ada salah satu teman saya yang kebetulan dinas kesana, saya berkata, tolong doakan aku ya agar bisa secepatnya ke US lagi. Saya lalu ingat bahwa saat tahun 2014 lalu Tanteu Sesil (Kolega senior di kantor) posting foto di San Francisco dan whatsApp kalau beliau disana, saya ingat saya komen difoto tersebut dan berkata "Tanteu, panggil aku dari situ ya, tahun depan aku kesitu." Saya lalu teringat juga saat Pak Aris tahun 2013 lalu, bulan puasa disana saya juga bbm beliau dan minta didoakan agar bisa kesana juga. Saya kemudian tidak punya pilihan untuk tidak mengakhiri melo sederhana karena opor ayam. Saya kemudian tidak punya alasan untuk tidak bersyukur karena saya semakin dekat dengan impian saya. Sesuatu yang saya inginkan, sesuatu yang selalu saya minta kepada Allah Swt. Karena manusia selalu mempunyai banyak sekali permintaan, dan terkadang Allah Swt ingin memberikan keinginan kita itu disaat yang memang tepat. Dan alhamdulillah, Allah Swt mendekatkan saya kepada impian saya, kembali ke US.

Terima kasih Allah. Terima kasih atas segala kesempatan yang diberikan.

Selamat hari raya idul fitri, mohon maaf lahir dan bathin.
Depok, 17 Juli 2015
00.07 WIB

Comments

Popular posts from this blog

Operasi Sapu Lidi

Salah satu contoh operasi hitung sapu lidi Sumber gambar :  dayufunmath.wordpress.com Usiaku saat itu masih enam tahun. Hari itu Kakekku resmi mendaftarkan aku sekolah. Ku lihat lagi selembar ijazah yang dikampit oleh Kakekku. Ku perhatikan baik-baik. Ada fotoku dua bulan lalu. Lucu. "Itu apa Kek?" aku menunjuknya. "Ini ijazah sekolah Neng yang dulu di Jakarta. Buat daftar sekolah disini" kemudian Kakekku menjelaskan. Tidak satu orangpun diantara barisan pendaftaran sekolah itu yang membawa lembaran bernama ijazah sepertiku. Nampaknya cuma aku seorang. Senin diminggu pertama sekolah. Aku sangat gembira. Seragamku kini putih merah terpisah. Rok rempel jahitan Nenekku dan kemeja putih bekas sekolah Taman Kanak-Kanakku dulu di Jakarta masih terpakai dan layak. Meski seragamku bekas, tetap terlihat paling bercahaya. Entah? Rasa-rasanya semua anak disini seragamnya tidak disetrika, apalagi mengkilat seperti seragamku. Sejak Ibuk...

Toraja Funeral, people can see your social stage from this moment..

I would say that I was really curious to know more about this moment, yes definitely Toraja Funeral. It has been three couple months from the first time when  I came here in Toraja which it splits to two districts, Tana Toraja and North Toraja Districts.  There are some differences between Tana Toraja and North Toraja, even thought this area was one district as Tana Toraja District. It spat about last 2009s.  Last three couple days I was seeing the funeral. It was scary for me due to many of buffaloes dead and people looked like happy to do it. I was wondering when some people were killing the buffaloes. They were pretty much laughing and saying “Hey the buffalo come here, don’t go anywhere after he killed a poor buffalo and the buffalo was much angry to him. They killed the buffaloes were so wicked and cruel, I thought that it would make the buffalo so scare. But again it was because the ‘adat’ rules. They had to kill the buffalo like t...

TE466 Self-branding Assignment: Fikriyah Winata

One day, my roommate told me: “Fik, you should take a rest. You have been working too long, take a break and don’t be too hard to yourself.”   I suddenly stop writing and calculating some math on GRE problem sets—at that time, I was preparing for my PhD application. Her thoughts about how hard I worked stopped me for seconds and gave me time to think and ask, “Have I been working too hard?”   I personally never think that I work ‘hard enough’, I always feel never enough in working. I always demand more to myself to improve my quality to be a better person. I take everything very seriously including something very small for others. To me, there is no unnecessary thing. Everything is important, and everything has its own value. And I will be taking every single work I have seriously, even it is only doing some dishes at my kitchen home.  My roommate’s perspective then made me really counted the duration I was studying, the number of problem sets I had solved, and how...