Sudah lama rasanya saya tidak menulis di blog usang ini. Terakhir saya mem-posting tulisan sekitar April 2016. Ada beberapa orang yang mengungkapkan kerinduannya kepada blog ini dan berkata, "kok tidak pernah posting lagi? sibuk sekali ya?" Saya rasanya ingin berkata, ehm.. "iyah!" hahaha
"Selamat Datang Wahai Mahasiswa Baru!" adalah sebuah seruan sekaligus tanda ucapan untuk diri saya sendiri empat bulan lalu. Setelah dua tahun sebelumnya memutuskan untuk mendaftar sekolah dan juga beasiswa, dan yang terpenting adalah meninggalkan perjalanan karir yang telah dibangun. Keputusan untuk kembali ke bangku sekolah bagi sebagian orang adalah keputusan besar, namun bagi sebagian orang lagi mungkin hanyalah kesempatan yang 'kebetulan' menghampiri. Atau, mirisnya, ada sebagian oranglain yang melihatnya sebagai sebuat mainstream. "Ah teman-teman gue pada sekolah S2 keluar negeri nih, gue sekolah juga ah!" Apapun dan bagaimanapun alasan Anda dan saya kembali ke bangku sekolah, semuanya sah-sah saja. Dan bagi saya, kembali kebangku sekolah adalah Nikmat Tuhan yang saya sangat syukuri. Bagi saya, bangku sekolah selalu mengajarkan saya banyak hal, tidak hanya pelajaran akademik semata tetapi lebih jauh dari itu semua.
Pelajaran hidup memegang porsi yang sangat besar dalam hal ini. Kerinduan akan bangku sekolah sering terobati oleh berbagai pekerjaan, baik pekerjaan profesional saya mengajar, maupun pekerjaan voluntary saya di PPKM Indonesia. Dan ternyata berpisah jauh dari bangku sekolah selama empat tahun, tentu saja bukan waktu yang sebentar ketika harus kembali menyesuaikan diri dengannya. Ada beberapa hal yang terasa sangat sulit sekali diawal-awal semester, terutama ekspektasi yang sangat jauh berbeda antara disekolah sebelumnya dengan sekolah yang sedang saya jalani saat ini.
Sebagian dari Pembaca setia blog usang ini mungkin sudah tahu bahwa saya bersekolah di University of Illinois at Urbana-Champaign. Saya tinggal di kota bernama Urbana, sementara kampus saya terletak di kota Urbana dan Champaign. Kota kembar yang tidak lebih adalah Ladang Jagung. Kami jauh dari hingar bingar ramainya kota. Baik Urbana maupun Champaign hanyalah small town yang tidak padat populasinya. Terlebih jika sekolah sudah libur, kota ini seperti kota mati. Tetapi sebagai orang yang telah menghabiskan sembilan tahun hidupnya di Kota Depok belakang UI. Saya sangat menyukai kekosongan Urbana-Champaign. Bagi saya, kebahagiaan tinggal dikota kecil adalah anugrah yang Allah Swt. berikan untuk mengobati luka lama akan macetnya Jakarta. Ops!
Kembali lagi kepada sekolah, lalu bagaimana perjalanan empat bulan ini? Apa saja yang saya pelajari, dapatkan, sesali(?), ingin tingkatkan, dan wajib diketahui terutama bagi teman-teman yang mungkin ini bersekolah di kampus Amerika, khususnya di kampus tempat saya bersekolah saat ini. Saya sangat bersyukur bersekolah di Illinois, begitu singkat kami menyebut kampus kami. Belakangan, khususnya minggu ini saya sadar kenapa Allah Swt. tidak memberikan saya Boston University (BU) misalnya, yang secara ranking masih jauh dibawah Illinois, tetapi saya ditolak dua kali olehnya. Well, mungkin jika saya bersekolah di BU, saya mungkin akan lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan diluar akademik. Sebagai mahasiswa master, ambisi untuk mengeksplor macam-macam masih sangat besar. Jika saya tinggal di Boston, saya mungkin akan lebih banyak jalan-jalan, mengikuti kegiatan ini itu, mungkin saya akan lebih banyak menghabiskan waktu diluar akademik. Jadi tempat yang kita dapatkan sekarang saya yakin adalah tempat terbaik. Again, Allah Swt. adalah sebaik-baiknya dan sehebat-hebatnya Planner.
Baiklah, saya akan memulai satu persatu yang menurut saya perlu saya bagikan dipostingan ini. Tetapi apapun yang saya tulis, ini adalah murni pengalaman dan persepsi saya, dan sangat kaya subjektifitas saya pribadi. Mungkin hal ini tidak dirasakan oleh oranglain, dan tidak terjadi pada keseharian oranglain meskipun kami bersekolah dikampus yang sama. Tetapi ini murni adalah pengalaman saya.
1. Kenali program kalian
Ketika kalian melamar sekolah, anggap bahwa melawar sekolah itu mirip-mirip dengan melamar gadis. Artinya, kita harus benar-benar kenal siapa yang kita lamar? Kebiasaannya seperti apa? Latar belakangnya seperti apa? Kekuranganya apa? Potensinya apa? Kebiasaan baiknya apa? Kebiasaan buruknya apa? dan lainnya. Apa hubunganya dengan sekolah? Ketika kita memutuskan untuk menyambung hidup dengan program tersebut, kita sudah tahu betul apa yang akan kita jalani. Misalnya, saya kebetulan mengambil Master of Science (M.S) in Geographic Information Science (GIS). Maka, bagi saya yang tidak mempunyai latar belakang programming, coding, algorithms akan sangat kewalahan dan keteteran dengan mata kuliah yang berkaitan dengan hal tersebut. Namun, kita selalu diberikan kesempatan untuk belajar dan pada akhirnya kita akan menjadi lebih tahu apa sebentarnya yang sangat kita sukai, dan apa sebenernya yang benar-benar ingin kita kerjakan.
Program saya ini kebetulan sangat unik, MSGIS adalah cutting edge antara Science dan Business. Jadi selain saya harus belajar GIS (STEM category, teman-teman mungkin sudah pernah mendengar istilah STEM? Science, Technology, Engineering, and Mathematics), saya juga harus belajar Business. Dalam kurun waktu program saya hingga selesai nanti, saya harus mengambil minimal 10 kredit Business courses. Fall 2016 semester ini saya mengambil dua mata kuliah di College of Business yaitu Process Management dan Marketing Management (Business Fundamentals). Inilah kesempatan yang sangat bagus bagi saya, selain saya bisa benar-benar mengetahui bisnis itu seperti apa, saya juga dapat merasakan kuliah di jurusan lain. Jujur, kuliah di kelas bisnis bagi saya jauh lebih attractive dibandingkan kelas Science. Dimana-mana, di Amerika, di Indonesia kelas Science sedikit agak lebih boring dan tidak 'seramai' kelas business. Jujur, saya menyukai matakuliah Marketing Management. I would say, Marketing Management was the most interesting course this fall! Hahahaha apakabar GIS dan Remote Sensing ya? lol
Intinya, sebelum benar-benar melamar seorang gadis, harap dikaji ulang apakah si gadis ini benar-benar orang yang kalian butuhkan atau bukan? Atau apakah kita dapat melengkapi kekurangan si gadis itu? Haha! Sebelum melamar program dan hidup bersamannya dalam kurun waktu tertentu, kita harus sudah mengenalnya, minimal sudah mempunyai bayangan akan seperti apa hidup kita kelak kala bersama program tersebut?
Saya bersama dengan Yujin (The Disposables Team), saat kami mengerjakan Final Project untuk kelas Marketing Management. Kami membuat Marketing Plan untuk Spectacles, product of Snap Inc. |
2. Ikuti kegiatan diluar akademik
Ini mungkin bertentangan dengan persepsi orang-orang nerd dan academic (baca GPA) oriented. Tapi percayalah waktu kalian di Amerika itu terbatas, kalian ini membangun network toh, network yang dibangun tidak hanya dengan professor, teman-teman sekelas atau satu program saja. Tetapi, kalian butuh 'teman' dan kita tidak pernah tahu, pertemuan dengan orang dipersimpangan manakan yang akan menjadi 'teman' kalian. Umur saya 28, bagi saya mencari 'teman' saat ini tidak semudah saat saya berusia 18 dahulu. Mencari 'teman' menjadi lebih sulit, mungkin semua orang bisa menjadi teman kita, tetapi tidak semua orang mau berteman dengan kita. Ingat mencari 'teman' bukan hanya classmates, atau project mates saja.
Fall 2016 semester ini saya memberanikan diri untuk mendaftar sebuah program bernama the Fall 2016 CCI Program. CCI Program ini diadakan oleh Illinois Career Center, programnya sepanjang semester berupa training dan workshop yang main purpose-nya adalah membantu mahasiswa untuk meningkatkan professional skills-nya. CCI (Career Certificate International Students) program ini diperuntukan hanya untuk mahasiswa internasional. Mahasiswa dibantu untuk mempersiapakan diri terutama untuk berkompetisi didunia kerja. Bantuan yang diberikan dalam bentuk workshop setiap minggu, mahasiswa harus hadir dalam setiap pertemuan, mengerjakan milestone (tugas), dan juga aktif mengikuti additional event yang diadakan. Program ini gratis, sehingga diawal semester saya beranikan diri untuk apply dengan alasan karena Summer 2017 nanti saya harus menjalakan internship, sebagai bagian dari program saya. Menurut saya saat itu dengan mengikuti CCI Program saya akan jauh lebih siap berkompetisi didunia kerja (baca: internship untuk short-termnya) pasar U.S.
CCI Program ternyata practically membutuhkan komitmen yang cukup besar, saya harus hadir dan actively mengikuti workshop setiap minggu selama 10 minggu. Selain itu, kegiatan apapun di Amerika menurut saya selalu saya menuntut keseriusan. Sehingga mengerjakan tugas dan milestone pun tidak hanya asal-asalan saja. Saya hadir semua pertemuan CCI dan mengerjakan semua tugas dengan sebaik yang saya dapat lakukan. Alhamdulillah saya mampu mengerjakan semua dengan sangat baik dan menyelesaikan program dengan sangat baik pula. Diakhir program saya putuskan untuk mengikuti Elevator Pitch competition. Tujuan saya mengikuti kompetisi ini sebetulnya hanya untuk memberanikan diri mengawali mengikuti kompetisi dilevel kampus. Saya tidak berekspektasi lebih, dan hanya ingin menambah teman juga.
CCI Program saya sebetulnya awalnya dihari Selasa, tetapi karena dua mata kuliah saya berubah dari first half ke second half semester. Kapan-kapan saya akan coba ceritakan apa sistem half semester ini. Karena basically di Indonesia kita tidak mengenal sistem half semester. Karena perubahan tersebut saya akhirnya pindah, dari Selasa menjadi Senin. Otomatis perpindahan ini membuat saya menjadi berpindah group diakhir dan juga mempunyai group leader yang baru. Seperti biasa dimanapun yang nama baru itu kita pasti perlu menyesuaikan. Apalagi group Senin ini sudah berjalan delapan minggu, dan saya berpindah di dua minggu terakhir. Lagi-lagi saya beruntung, karena ternyata perpindahan group ini membuat saya menjadi punya teman-teman 'dekat', empat orang termasuk saya digroup baru saya mengukuti elevator pitch competition. Artinya 75% peserta lomba dari hari Senin adalah kelompok kami. Group leader kami, Meng-fan (yang belakangan menjadi sahabat dekat saya), sangat kooperatif dan banyak membantu kami menyiapkan kompetisi Elevator Pitch kami. Saya, Nisheet, Cheng Cheng, dan David pun berlatih dengan sangat serius, bahkan kami sempat mem-book satu Ruang Multi Purpose di CRCE untuk kami berlatih.
Elevator Pitch selection round berlangsung dan kami berempat dibantu Meng-Fan tampil dengan sangat baik. David dan Nisheet maju kebabak final minggu selanjutnya, sekaligus penutupan CCI Program. Saya dan Cheng Cheng memang tidak lolos ke tahap final, tetapi kami sudah sangat senang sekali karena kelompok kami menjadi kelompok terkompak di CCI Fall 2016. Minggu selanjutnya, David dan Nisheet keluar sebagai pemenang! Yeaaay! kami bangga sekali. Dan kami berenam masih berteman dengan sangat baik dan sering pergi bersama untuk makan bersama dan sekedar mengobrol.
Kami berenam (dari kiri ke kanan): Yvonne, Cheng Cheng, Nesheet, David, Meng-Fan, dan saya Kami baru saja habis melahap Japanese foods di Yellowfin Restaurant, merayakan ulangtahun Cheng Cheng |
Seluruh peserta Fall 2016 CCI Program bersama Ibu Direktur Illinois Career Center dan Instructor kebanggaan kami Un Yeong |
3. Selalu challenge diri kita sendiri
Kita selalu tidak pernah tahu dimana letak keberuntungan kita. Saya sebagai orang yang relying on 'hoki' percaya bahwa kita tidak pernah sepernuhnya gagal dan akan selalu ada ruang-ruang dimana kita masih dapat bahagia. Tsaaah! Itu saya lho ya! Saya percaya dan yakin bahwa Allah Swt. itu sangat adil sekali kepada kita. Jadi, yang saya lakukan pada saat saya tidak mampu perform disatu hal saya akan coba dihal yang lain. Kali ini, saya sangat rindu 'manggung'!lol bagi sebagian orang yang tahu bahwa pekerjaan saya adalah 'ngamen' dari satu kelas ke kelas yang lain, bahkan dalam dua tahun belakangan saya ngamen dari satu kampus ke kampus yang lain. Haha! Berbekal keriduan saya kepada manggung inilah saya kemudian submit practical GIS Presentation di Illinois GIS Day. Illinois GIS Day basically adalah konferensi tahunan sebagai peringatan hari GIS.
Awalnya dengan berbekal ketidak tahuan bahwa presentasi saya akan di main stage, pikiran saya yang namanya practical GIS presentation akan dilakukan diruangan-ruangan kecil dengan peserta yang hadir hanyalah peserta-peserta yang berminat menonton presentasi saya. Ternyata tidak, dan saya mengetahui itu satu minggu sebelum acara. Fall semester kemarin bagi saya sangat demanding dan saya diawal tidak mempersiapkan jauh-jauh hari seperti saya mempersiapkan Spring 2017 semester sejak winter break ini. Fall semester kemarin bagi saya tidak terlalu banyak strategi yang saya pakai. Sehingga ditengah-tengah sangat terasa ngos-ngosannya. Meskipun banyak kekurangan disana sini, tetapi again saya sangat mensyukurinya dengan baik. Salah satunya dengan menjadi salah satu Speaker di Illinois GIS Day.
Allah Swt. sangat adil dan memberikan kesempatan yang sangat baik kepada saya meskipun proses untuk dapat mempresentasikan Survey123 tidak mulus begitu saja. Tetapi, ada banyak orang-orang yang membantu saya. Teman-teman dikantor tempat kerja dulu bahkan masih memberikan konsultasi untuk presentasi saya, khususnya Athian bahkan mempercantik slide saya. Thanks Yan! Regina, Mas Amri, Dani, dan Master juga membantu memberikan gambaran dan ide yang sangat bagus. Saya juga berlatih presentasi di kelas, dibantu oleh Advisor saya dan teman-teman program saya. Mereka memberikan feedback yang sangat bagus, bahkan Ruoxin memberikan finishing touch didraft akhir presentasi saya dan Hao merekap feedbacknya untuk saya dan mengirimkannya melalui email. You guys are super awesome! I am lucky being a part of the GIS Family!
Saya berkali-kali me-record presentasi saya sendiri, baik berupa video maupun voice. Kemudian saya mendengarkan kembali presentasi saya sendiri berulang-ulang di rumah, di bus, di jalan, di halte, di dapur selagi masak. Saya juga me-reserve ruangan di Undergraduate Library dan mengundang Meng-Fan untuk melihat saya latihan presentasi dan memberikan feedback yang bagus sekali kepada saya untuk terus improve presentasi saya. Sorenya, saya juga datang kepada Miranda (PSM) di Graduate College office, saya kemudian latihan presentasi dihadapan Miranda. Miranda bahkan memberikan saya koreksi pronunciation 'Excel' bagaimana native menyebut syllable kata 'excel'. She was really detailed. Thank you so much! Lalu malam sebelum besoknya manggung GIS Day, setelah mata kuliah PSM501 saya langsung mengunjungi iHotel untuk menge-check ballroom dan stage untuk presentasi besoknya. Semua saya persiapkan dengan sebaik-baik yang dapat saya lakukan. Alhamdulillah, presentasi saya di GIS Day berlangsung lancar meskipun saya sempat sedikit nervous. Tujuan awal saya adalah membuat yang pertama. Jika sudah ada yang pertama, saya ingin ada yang kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Saya juga tidak menyangka ternyata respon peserta sangat baik dan banyak diantara peserta yang menghampiri saya untuk berdiskusi setelahnya. Advisor saya juga terlihat happy dengan presentasi saya. Hahaha minimal ya Advisor saya happy :)
Saya mempresentasikan The Power of Survey123 Apps untuk Survey and Analysis |
Hallo kak Fikriyah, long time not visit in your blog. glad to see your article sharing especially at women analogy compared with study program := i see the point
ReplyDeletehope your study going well and keep writting. definetely some people can take lesson about prepare a next Master study from your blog.