Membaca sebuah artikel mengingatkan saya pada
kegagalan-kegagalan dan berbagai penolakan dalam 3 tahun terakhir ini, yang
pada akhirnya membuat saya berada pada kalimat, gagal itu berharga dan berhasil
itu adalah bonus.
1. Apply dan kirim CV ke lebih dari 50 perusahaan, NGO, lembaga internasional, dari yang paling berkaitan dengan background S1 sampai yang sangat jauh. Dari yang paling teknis sampai yang paling administratif, bahkan sampai apply kerja di Kedutaan Myanmar untuk posisi office administration. Bukan karena frustasi, tetapi mencoba peruntungan dan mencari jodoh-karir. Well, yang memanggil untuk test dan interview dari sekian banyak hanya: IBM, Danone, UNIQLO, dan entah lupa namanya semacam perusahaan penyedia jasa fundraising untuk lembaga-lembaga sosial. IBM dan Danone gagal saat test tulis, UNIQLO sudah sampai wawancara akhir dengan Direksinya, beliau interview dalam bahasa jepang, bersama translator-nya. Diakhir interview dia cuma bilang, well Fikriyah saya tahu kamu pekerja keras dan kalaupun kamu kerja dikita kamu akan bagus, tapi saya sih sayang sama background dan kapasitas kamu. Kamu akan dapat tempat yang lebih baik yang berkaitan dengan background kamu dan keahlian kamu. Tiba-tiba tanpa diduga-duga mendapat panggilan psikotest dari Esri Indonesia, lulus psikotest, lanjut technical assessment, lulus juga lanjut interview, dan Alhamdulillah sampai saat ini sudah lebih dari 3 tahun saya di Esri Indonesia. Dan direktur UNIQLO itu benar, "kamu akan mendapatkan tempat yang sesuai dengan background kamu. Sayang sekali kalau kamu tidak memulai karir disana."
2. Saat memutuskan untuk melanjutkan sekolah master. Karena sudah berjanji pada Paman Sam akan kembali kesana untuk sekolah. Jadi memang tidak melirik negara lain, dan jujur hanya apply sekolah-sekolah disana. Meskipun banyak masukan untuk mencoba peruntungan apply ke negara lain. Tetapi karena saya tipe yang kalau mau itu ya "itu-dulu-sampe-titik-darah-penghabisan" jadi akhirnya meskipun tidak apply ke negara lain. Dan hasilnya ya 'berdarah-darah'.
Apply sekolah di U.S tahun 2014:
- Massachusetts Institute of Technology, MCP - Dept. of Urban Studies and Planning - DITOLAK, sok-sok-an sih pake apply MIT segala, tidak meraba diri. Tapi yaudah, udah berani coba apply ajah udah senang.
- Washington University, MA in Geography - DITOLAK, pake sok-sok-an lagi pengen dimentor sama Michael Goodchild (the Father of GIS)
- Boston University, MA in Geography - DITOLAK
Apply (lagi) sekolah di U.S tahun 2015:
- Boston University, MA in GIS and Environmental Remote Sensing - DITOLAK (lagi)
- Ohio University, MA in Geography - DITERIMA
- Ohio State University, MA in Geography - DITERIMA
- University of Illinois at Urbana-Champaign, M.S in Geographic Information Science (GISc) - DITERIMA
- Penn State University, M.S in Geography - DITOLAK
Itu tidak dengan cerita satu kampus sudah pernah ditolak oleh berapa Professor. Karena kebetulan jurusan dan program yang saya apply banyak yang mengharuskan mendapatkan professor sebagai mentor terlebih dahulu. Agak tidak lazim memang dengan admission program-program lainnya di U.S terutama ilmu sosial. Entahlah, tetapi jalannya begitu untuk saya.
Saya yang masih sangat newbie dengan urusan-urusan yang berkaitan dengan sekolah di U.S justru akhirnya bersyukur dengan banyaknya kegagalan karena kegagalan adalah pelajaran berharga dan keberhasilan hanyalah bonus dari kerja keras. Tapi saya selalu percaya, orang-orang yang pada akhirnya berada 'disuatu tempat' sebelumnya dia pasti melewati penolakan, kegagalan, dan ketidakpastian dari yang dia inginkan. Akan selalu ada tempat yang baik untuk orang-orang yang mau berusaha.
Saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada orang-orang yang selalu ada disetiap masa sulit, selalu ada disaat saya tidak bisa menghandle kesulitan itu sendiri, mensupport dan meyakinkan bahwa saya ditolak bukan karena saya buruk melainkan karena Allah Swt. sudah menyiapkan tempat yang baik yang membuat saya lebih bahagia, meyakinkan bahwa impian saya itu bukan ingin terbang ke Jupiter atau mau membelah lautan sehingga sangat possible untuk dicapai. Terimakasih, terimakasih, terimakasih semua :)
Artikelnya: A Princeton professor has published a CV of his failures online, and people are freaking out about it
Comments
Post a Comment